BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kata hemofilia pertama kali muncul pada sebuah tulisan
yang ditulis oleh Hopff di Universitas Zurich, tahun 1828. Dan menurut
ensiklopedia Britanica, istilah hemofilia (haemophilia) pertama kali
diperkenalkan oleh seorang dokter berkebangsaan Jerman, Johann Lukas Schonlein
(1793 - 1864), pada tahun 1928.
Pada abad ke 20, pada dokter terus mencari penyebab
timbulnya hemofilia. Hingga mereka percaya bahwa pembuluh darah dari penderita
hemofilia mudah pecah. Kemudian pada tahun 1937, dua orang dokter dari Havard,
Patek dan Taylor, menemukan pemecahan masalah pada pembekuan darah, yaitu
dengan menambahkan suatu zat yang diambil dari plasma dalam darah. Zat tersebut
disebut dengan "anti - hemophilic globulin".
Di tahun 1944, Pavlosky, seorang dokter dari Buenos
Aires, Argentina, mengerjakan suatu uji coba laboratorium yang hasilnya
memperlihatkan bahwa darah dari seorang penderita hemofilia dapat mengatasi
masalah pembekuan darah pada penderita hemofilia lainnya dan sebaliknya. Ia
secara kebetulan telah menemukan dua jenis penderita hemofilia dengan masing - masing
kekurangan zat protein yang berbeda - Faktor VIII dan Faktor IX. Dan hal ini di
tahun 1952, menjadikan hemofilia A dan hemofilia B sebagai dua jenis penyakit
yang berbeda.
Meskipun hemofilia telah lama dikenal di dalam
kepustakaan kedokteran, tetapi di Jakarta baru tahun 1965 diagnosis laboratorik
diperkenalkan oleh Kho Lien Keng dengan Thromboplastin Generation Time (TGT) di
samping prosedur masa perdarahan dan masa pembekuan. Pengobatan yang tersedia
di rumah sakit hanya darah segar, sedangkan produksi Cryoprecipitate yang
dipakai sebagai terapi utama hemofilia di Jakarta, diperkenalkan oleh Masri
Rustam pada tahun 1975.
Pada tahun 2000 hemofilia yang dilaporkan ada 314, pada
tahun 2001 kasus yang dilaporkan mencapai 530. Diantara 530 kasus ini, 183
kasus terdaftar di RSCM, sisanya terdaftar di Bali, Bangka, Bandung, Banten,
Lampung, Medan, Padang, Palembang, Papua, Samarinda, Semarang, Surabaya, Ujung
Pandang dan Yogyakarta.
Di antara 183 pasien hemofilia yang terdaftar di RSCM, 100 pasien telah diperiksa aktivitas faktor VIII dan IX. Hasilnya menunjukkan 93 orang adalah hemofilia A dan 7 pasien adalah hemofilia B. Sebagian besar pasien hemofilia A mendapat cryoprecipitate untuk terapi pengganti, dan pada tahun 2000 konsumsi cryoprecipitate mencapai 40.000 kantong yang setara dengan kira-kira 2 juta unit faktor VIII.
Di antara 183 pasien hemofilia yang terdaftar di RSCM, 100 pasien telah diperiksa aktivitas faktor VIII dan IX. Hasilnya menunjukkan 93 orang adalah hemofilia A dan 7 pasien adalah hemofilia B. Sebagian besar pasien hemofilia A mendapat cryoprecipitate untuk terapi pengganti, dan pada tahun 2000 konsumsi cryoprecipitate mencapai 40.000 kantong yang setara dengan kira-kira 2 juta unit faktor VIII.
Pada saat ini Tim Pelayanan Terpadu juga mempunyai
komunikasi yang baik dengan Tim Hemofilia dari negara lain. Pada Hari Hemofilia
Sedunia tahun 2002, Pusat Pelayanan Terpadu Hemofilia RSCM telah ditetapkan
sebagai Pusat Pelayanan Terpadu Hemofilia Nasional. Pada tahun 2002 pasien hemofilia yang telah terdaftar di
seluruh Indonesia mencapai 757, diantaranya 233 terdaftar di Jakarta, 144 di
Sumatera Utara, 92 di Jawa Timur, 86 di Jawa Tengah dan sisanya tersebar dari
Nanggroe Aceh Darussalam sampai Papua.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian hemofilia?
2.
Apa saja gejala hemofilia?
3.
Apa penyebab dan patofisiologi hemofilia?
4.
Bagaimana penatalaksanaan dan
pencegahan hemofilia?
5.
Bagaimana asuhan keperawatan pada
pasien hemofilia?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian hemofilia.
2.
Untuk mengetahui saja gejala hemofilia.
3.
Untuk mengetahui penyebab dan
patofisiologi hemofilia.
4.
Untuk mengetahui penatalaksanaan dan
pencegahan hemofilia.
5.
Untuk mengetahui asuhan keperawatan
pada pasien hemofilia.
BAB II
KONSEP TEORITIS
2.1 Definisi
Hemofilia adalah kelainan perdarahan yang disebabkan adanya kekurangan salah satu faktor pembekuan darah. Hemofilia merupakan penyakit gangguan pembekuan darah dan diturunkan oleh melalui kromoson X.
Hemofilia dibedakan menjadi dua, yaitu Hemofilia A yang ditandai karena penderita tidak memiliki zat anti hemofili globulin ( faktor VIII ),
Hemofilia B atauPenderita tidak memiliki komponen plasma tromboplastin (
faktor IX )
Bahan yang turut serta dalam
mekanisme pembekuan factor pembekuan dan diberi nama dengan angka romawi I
sampai XIII, kecuali V. factor-faktor tersebut ialah faktor I (fibrinogen), II
(protrombin), III (tromboplastin), IV (kalsium dalam bentuk ion), V (proaseleran,
factor labil), VII (prokonverin, faktor stabil), VIII (AHG = Antihemophilic
Globulin), IX (PTC = Plasma Thromboplastin Antecedent), XII (hageman), dan XIII
(faktor stabilitas febrin).
Hemofilia merupakan gangguan koagulasi herediter atau didapat yang sering dijumpai. Hal ini bisa terjadi karena mutasi gen faktor pembekuan darah yaitu faktor VIII atau faktor IX kedua gen tersebut terletak pada kromosom X, sehingga termasuk penyakit resesif. Hemofilia lebih banyak terjadi pada laki-laki, karena mereka hanya mempunyai satu kromosom X, sedangkan wanita umumnya sebagai pembawa sifat saja (carier). Namun wanita juga bisa menderita hemofilia jika mendapatkan kromosom X dari ayah hemofilia dan ibu pembawa carrier dan bersifat letal.
2.2 Klasifikasi
Hemofilia terbagi atas dua jenis, yaitu :
a. Hemofilia
A :
1)
Hemofilia Klasik, jenis hemofilia yang paling banyak
kekurangan faktor pembekuan pada darah.
2)
Hemofilia kekurangan Factor VIII, terjadi karena
kekurangan faktor 8 (Factor VIII) protein pada darah yang menyebabkan masalah
pada proses pembekuan darah.
b. Hemofilia
B :
1)
Christmas Disease, ditemukan untuk pertama kalinya pada
seorang bernama Steven Christmas asal Kanada
2)
Hemofilia kekurangan Factor IX, terjadi karena
kekurangan faktor 9 (Factor IX) protein pada darah yang menyebabkan masalah
pada proses pembekuan darah.
Hemofilia A atau B
adalah suatu penyakit yang jarang ditemukan. Hemofilia A terjadi sekurang –
kurangnya 1 di antara 10.000 orang. Hemofilia B lebih jarang ditemukan, yaitu 1
di antara 50.000 orang.
2.3 Gejala Klinis
Tanda
khas pada hemofilia adalah hemartrosis, yaitu perdarahan pada sendi-sendi besar (lutut, siku tangan, pergelangan kaki) yang terasa nyeri dan bengkak
sehingga menyebabkan sendi tidak dapat
digerakkan. Bisa muncul
karena benturan
ringan atau
timbul sendiri.
Selain
itu sering timbul perdarahan di bawah kulit dan otot.
Berdasarkan derajatnya, hemofilia terbagi atas:
a.
Hemofilia berat,
jika
faktor pembekuan
darah kurang dari 1%
b.
Hemofilia sedang, jika faktor
pembekuan darah antara 1-5%
c.
Hemofilia ringan,
jika
faktor pembekuan darah antara
6-30%
Hemofilia ringan gejalanya hanya berupa darah lama membeku setelah cabut gigi, operasi atau saat
terluka. Hemofilia
berat,
90% sudah dapat didiagnosis pada usia di bawah 1 tahun.
2.4 Etiologi
1. Faktor kogenital
Bersifat resesif autosomal
herediter, kelainan timbul akibat sintesisi factor pembekuan darah menurun. Gejala timbul perdarahan yang
berlebihan setelah suatu trauma atau timbul kebiruan pada kulit. Pengobatan
dengan memberikan plasma normal atau konsentrat factor yang kurang atu bila
perlu diberikan transfuse darah.
2. Faktor didapat
Biasanya disebabkan oleh defisiensi
factor dua (protrombin) yang terdapat pada keadaan berikut:
a. Neonatus, terutama yang kurang bulan karena fungsi hati
belum sempurna sehingga pembekuan faktor darah khususnya factor II mengalami
gangguan. Pengobatan: dengan vitamin K umumnya sembuh sendiri.
b. Defisiensi vitamin K, dapat terjadi pada pasien ikterus
obstruktif, vistula biliaris, absorbsi vitamin K dari usus yang tidak sempurna
atau karena gangguan pertumbuhan bakteri usus.
c. Beberapa penyakit seperti sirosis hati, uremia
sindromnefrotik dan lain-lain
d. Terdapatnya zat anti koagulasi yang bersifat antagonistic
terhadap protombin
e. Disseminated intrafaskuler koogulasi (DIC) pengobatan
ditunjukkan pada penyakit primernya, misanya vitamin K disamping itu dapat
diberikan darah, plasma atau lainnya.
2.5 Patofisiologi
Perdarahan karena gangguan pada pembekuan biasanya
terjadi pada
jaringan yang letaknya dalam seperti otot, sendi, dan lainya yang dapat terjadi kerena gangguan pada tahap pertama, kedua dan ketiga, disini hanya akan di bahas gangguan pada tahap pertama, dimana tahap pertama tersebutlah yang merupakan gangguan mekanisme pembekuan yang terdapat pada hemofili A dan B.
jaringan yang letaknya dalam seperti otot, sendi, dan lainya yang dapat terjadi kerena gangguan pada tahap pertama, kedua dan ketiga, disini hanya akan di bahas gangguan pada tahap pertama, dimana tahap pertama tersebutlah yang merupakan gangguan mekanisme pembekuan yang terdapat pada hemofili A dan B.
Perdarahan mudah terjadi pada hemofilia, dikarenakan
adanya gangguan pembekuan, di awali ketika seseorang berusia ± 3 bulan atau
saat – saat akan mulai merangkak maka akan terjadi perdarahan awal akibat
cedera ringan, dilanjutkan dengan keluhan-keluhan berikutnya. Hemofilia juga
dapat menyebabkan perdarahan serebral, dan berakibat fatal. Rasionalnya adalah
ketika mengalami perdarahan, berarti terjadi luka pada pembuluh darah (yaitu
saluran tempat darah mengalir keseluruh tubuh) ---- darah keluar dari pembuluh.
Pembuluh darah mengerut/ mengecil ---- Keping darah (trombosit) akan menutup
luka pada pembuluh----Kekurangan jumlah factor pembeku darah tertentu, mengakibatkan
anyaman penutup luka tidak terbentuk sempurna ---- darah tidak berhenti
mengalir keluar pembuluh ---- perdarahan (normalnya: Faktor-faktor pembeku
da-rah bekerja membuat anyaman (benang - benang fibrin) yang akan menutup luka
sehingga darah berhenti mengalir keluar pembuluh.
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
Uji
laboratoriun dan diagnostic :
1. Uji skrining untuk koagulasi darah
a. Jumlah trombosit (normal)
b. Masa protombia (normal)
c. Masa tromboplastin parsial (meningkat: mengukur keadekuatan
factor koagulasi intrinsic)
d. Assays fungsional terhadap factor VIII dan IX (memastikan
diagnosis)
e. Masa pembekuan thrombin
2. Biopsi hati (kadang-kadang) digunakan untuk memperoleh
jaringan untuk pemeriksaan patologi dan kultur.
3. Uji fungsi hati (kadang0kadang) digunakan untuk mendeteksi
adanya penyakit hati (misalnya, serum glutamic-piruvic transaminase (SGPT),
SGOT, fosfatase alkali, bilirubin)
2.7 Penatalaksanaan
1. Supportive
a. Menghindari luka
b. Merencanakan suatu kehendak operasi
c. RICE (Rest Ice Compression Evaluation)
d. Pemberian kortiko steroid
e. Pemberian analgetik
f. Rehabilitasi medic
2. Penggantian factor pembekuan
3. Pemberian factor VIII/ IX dalam bentuk rekombinan konsentrat
maupun komponen darah
4. Terapi gen
5. Lever transplantation
6. Pemberian vitamin K; menghindari aspirin, asam salisilat,
AINS, heparin
7. Pemberian rekombinan factor VIII
8. Pada pembedahan (dengan dosis kg/BB)
9. Faktor VIII dalam bentuk recombinate dan coginate.
10. Faktor
IX dalam bentuk mononine
2.8
Pencegahan
a.
Hindari
trauma
b.
Hindari mengkonsumsi
obat-obatan yang mempengaruhi kerja
trombosit
yang
berfungsi membentuk sumbatan pada pembuluh darah, seperti asam salisilat, obat antiradang jenis nonsteroid,
ataupun pengencer darah seperti heparin.
c. Kenakan tanda
khusus
seperti
gelang atau
kalung yang
menandakan bahwa ia
menderita
hemofilia.Hal ini penting dilakukan
agar ketika terjadi kecelakaan atau kondisi darurat
lainnya, personel medis dapat menentukan pertolongan khusus.
d.
Mengkonsumsi makanan/minuman yang sehat dan menjaga
berat tubuh tidak berlebihan. Karena berat berlebih dapat mengakibatkan
perdarahan pada sendi-sendi di bagian kaki (terutama pada kasus hemofilia
berat).
e.
Melakukan kegiatan olahraga. Berkaitan dengan olah raga,
perhatikan beberapa hal berikut:
1)
Olah raga akan membuat kondisi otot yang kuat, sehingga bila
terbentur otot tidak mudah terluka dan perdarahan dapat dihindari.
2)
Bimbinga seseorang fisio-terapis atau pelatih olah raga yang memahami
hemofilia akan sangat bermanfaat.
3)
Bersikap bijaksana dalam memilih jenis olah raga; olah raga
yang beresiko adu fisik seperti sepak bola atau gulat sebaiknya dihindari. Olah
raga yang sangat di anjurkan adalah renang.
4)
Bimbingan seorang fisio-terapis dari klinik rehabilitasi
medis diperlukan pula dalam kegiatan melatih otot pasca perdarahan.
f.
Rajin merawat gigi dan gusi dan melakukan pemeriksaan
kesehatan gisi dan gusi secara berkala/rutin, paling tidak setengah tahun
sekali, ke klinik gigi
g.
Mengikuti program imunisasi. Catatan bagi petugas medis
adalah suntikan imunisasi harus dilakukan dibawah kulit (Subkutan) dan tidak ke
dalam otot, diikuti penekanan lubang bekas suntikan paling sedikit 5 menit.
h.
Menghindari penggunaan Aspirin, karena aspirin dapat
meningkatkan perdarahan. Penderita hemofilia dianjurkan jangan sembarang
mengkonsumsi obat-obatan. Langkah terbaik adalah mengkonsultasikan lebih dulu
kepada dokter.
i.
Memberi informasi kepada pihak-pihak tertentu mengenai
kondisi hemofilia yang ada, misalnya kepada pihak sekolah, dokter dimana
penderita berobat, dan teman-teman di lingkungan terdekat secara bijaksana.
j.
Memberi lingkungan hidup yang mendukung bagi tumbuhnya
kepribadian yang sehat agar dapat optimis dan berprestasi bersama hemofilia.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Aktifitas/Istirahat
Tanda :Kelemahan
otot
Gejala :Kelelahan,
malaise, ketidakmampuan melakukan aktivitas.
b. Sirkulasi
Tanda :Kulit, membrane mukosa pucat,
deficit saraf serebral/ tanda perdarahan serebral.
Gejala :Palpitasi
c. Integritas Ego
Tanda :Depresi,
menarik diri, ansietas, marah.
Gejala :Perasaan tidak ada harapan dan tidak berdaya.
d. Cairan / Makanan
Gejal :Anoreksia,
penurunan berat badan.
e. Nyeri/Kenyamanan
Tanda :.Perilaku berhati-hati, gelisah, rewel, bengkak
Gejala :Nyeri tulang, sendi, nyeri tekan sentral,
kramotot.
f.
Pernapasan
Gejala : Merokok (tembakau, mariyuana,
hidup dengan seseorang yang merokok).
Tanda : Sesak nafas,
nafas pendek
g. Keamanan
Tanda :Hematoma
Gejala :Riwayat
trauma ringan.
Ø Perdarahan sendi yang berulang
menyebabkan menimbulkan Atropatihemofilia
Dengan menyempitnya ruang sendi,
krista tulang dan gerakan sendi yang terbatas.
Ø Biasanya perdarahan juga dijumpai
pada Gastrointestinal, hematuria yang
berlebihan, dan juga perdarahan
otak.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan
sehubungan dengan perdarahan aktif.
2. Kekurangan volume cairan
sehubungan dengan kehilangan akibat perdarahan.
3. Resiko tinggi injuri sehubungan
dengan kelemahan pertahanan akibat hemofilia.
4. Koping
individu tidak efektif berhubungan dengan kondisi kronis dan pengaruhnya
terhadap gaya hidup
3.3 Intervensi
a. Diagnosa Keperawatan 1
Ø Mandiri
1. Kaji penyebab perdarahan
2.
Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit atau membran mukosa,
warna kuku.
3. Perhatikan upaya pernafasan
:Auskultasi bunyi nafas, selidiki keluhan nyeri dada
Ø Kolaborasi
- Berikan transfusi darah sesuai
dengan indikasi.
b. Diagnosa Keperawatan 2
Ø Mandiri
1. Pertahankan pemasukan dan
pengeluaran yang akurat
2. Perhatikan karak teristik urin
dan berat jenisnya.
3. Awasi tanda vital, ukur tekanan
darah pada posisi berbaring, duduk dan berdiri bila mungkin.
4. Perkirakan drainase luka dan
kehilangan yang tampak.
5. Observasi demam, perubahan
tingkat kesadaran, turgor kulitburuk, kulit dan membran mukosa kering, nyeri.
Ø Kolaborasi
- Berikan input cairan sesuai indikasi
c.
Diagnosa Keperawatan 3
Ø Mandiri
1. Pertahankan keamanan tempat tidur
klien, pasang pengaman pada tempat tidur.
2. Hindarkan pasien dari cidera,
ringan-berat
3. Awasi setiap gerakan yang
memungkinkan terjadinya cidera.
4. Anjurkan pada keluarga untuk
segera membawa klien ke RS jika terjadi injuri
5. Jelaskan pada keluarga klien
pentingnya menghindari cidera.
d.
Diagnosa Keperawatan 4
Ø
Mandiri
1.
Berikan support/dukungan
kepada pasien agar tidak putus asa.
2.
Berikan motivasi untuk
tetap mandiri dalam mencegah trauma.
3.
Anjurkan pasien untuk
menjaga kesehatannya secara optimal.
4.
Menyarankan pasien
untuk mengikuti pelayanan kesehatan pasien Hemofilia.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hemofilia
merupakan penyakit gangguan pembekuan darah dan diturunkan oleh melalui
kromoson X. Tanda khas pada hemofilia adalah hemartrosis, yaitu perdarahan pada sendi-sendi besar (lutut, siku tangan, pergelangan kaki) yang terasa nyeri dan bengkak
sehingga menyebabkan sendi tidak dapat
digerakkan. Hemofilia dibedakan
menjadi 2 bagian berdasarkan pemeriksaan uji laboratorium, yaitu Hemofilia A
dan Hemofilia B. Faktor penyebab Hemofilia adalah factor congenital dan factor
defisiensi protrombin.
4.2 Saran
Penderita hemofilia juga harus rajin
melakukan perawatan dan pemeriksaan kesehatan gigi dan gusi secara rutin. Untuk
pemeriksaan gigi dan khusus, minimal setengah tahun sekali, karena kalau
giginya bermasalah semisalnya harus dicabut, tentunya dapat menimbulkan
perdarahan. Mengonsumsi makanan atau minuman yang sehat dan menjaga
berat tubuh agar tidak berlebihan. Karena berat badan berlebih dapat
mengakibatkan perdarahan pada sendi-sendi di bagian kaki (terutama pada kasus
hemofilia berat).
Penderita hemofilia harus
menghindari penggunaan aspirin karena dapat meningkatkan perdarahan dan jangan
sembarang mengonsumsi obat-obatan. Olahraga secara teratur untuk
menjaga otot dan sendi tetap kuat dan untuk kesehatan tubuh. Kondisi fisik yang
baik dapat mengurangi jumlah masa perdarahan.
Kewaspadaan lainnya yang harus
dilakukan apabila terjadi benturan keras pada kepala penderita. Penderita
hendaknya segera dibawa kerumah sakit terdekat untuk dapat dirawat secara
khusus dan seksama oleh dokter. Karena perdarahan yang terjadi pada kepala
dapat berakibat buruk bahkan hingga sampai pada keadaan yang mematikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar