Kamis, 17 Mei 2012

Jamban


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Jamban merupakan sanitasi dasar penting yang harus dimiliki setiap masyarakat. Sebenarnya masyarakat sadar dan mengerti arti pentingnya mempunyai jamban sendiri di rumah. Alasan utama yang selalu diungkapkan masyarakat mengapa sampai saat ini belum memiliki jamban keluarga yaitu tidak atau belum mempunyai uang. Melihat dari faktor kenyataan tersebut, sebenarnya tidak adanya jamban di setiap rumah tangga bukan semata karena faktor ekonomi, tetapi lebih kepada adanya kesedaran masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat (PHBS).
 Jamban pun tidak harus mewah dengan biaya yang mahal, cukup yang sederhana saja disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rumah tangga masing-masing keluarga. Buat apa jamban yang mewah sementara perilaku buang air besar (BAB) masih tetap sembarangan.
Ada faktor lain yang menyebabkan masyarakat untuk tidak membuat atau membangun jamban yaitu ketergantungan pada bantuan pemerintah dalam hal membangun jamban. Hal ini merupakan bagian dari kesalahan masa lalu dalam penerapan kebijakan yang justru cenderung memanjakan masyarakat.
Program pembangunan jamban yang dilakukan selama ini kurang optimal khususnya dalam membangun perubahan masyarakat. Pendekatan yang dilakukan mempunyai karakteristik yang berorientasi kepada konstruksi atau bangunan fisik jamban saja, tanpa ada upaya pendidikan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang memadai, selain itu desain jamban yang dianjurkan seringkali mahal bagi keluarga miskin. Subsidi proyek tidak efektif menjangkau kelompok masyarakat miskin. jamban dibangun, tetapi  seringkali tidak digunakan masyarakat.



1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Apa Pengertian Jamban ?
1.2.2        Apa Tujuan Jamban ?
1.2.3        Apa Manfaat Jamban ?
1.2.4        Apa saja Jenis-jenis Jamban ?
1.2.5        Apa saja Syarat-syarat Jamban ?
1.2.6        Bagaimana Cara Memelihara Jamban ?
1.2.7        Bagaimana Kriteria Tempat Jamban ?

1.3  Tujuan
1.3.1        Mengetahui Pengertian Jamban.
1.3.2        Mengetahui Tujuan Jamban.
1.3.3        Mengetahui Manfaat Jamban.
1.3.4        Mengetahui Jenis-jenis Jamban.
1.3.5        Mengetahui Syarat-syarat Jamban.
1.3.6        Mengetahui Cara Memelihara Jamban.
1.3.7        Mengetahui Kriteria Tempat Jamban.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1  Pengertian Jamban
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan tinja (kotoran) manusia yang tediri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (jamban cemplung) yang dilengkapi dengan unti penompang kotoran dan air untuk membersihkannya.

2.2  Tujuan Jamban
Tujuan dari di buatnya jamban yaitu :
a)      Menjaga lingkungan bersih, sehat dan tidak berbau.
b)      Tidak mencemari sumber air yang ada di sekitamya.
c)      Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular penyakit Diare, Kolera Disentri, Thypus, kecacingan, penyakit saluran pencernaan, penyakit kulit dan keracuanan.

2.3  Manfaat Jamban
Manfaat dibuatnya jamban bagi manusia, yaitu :
a)      Mencegah pencemaran dari kotoran/tinja manusia.
b)      Mencegah penularan penyakit.

2.4  Jenis-Jenis Jamban

a)      Jamban cemplung
Merupakan jamban yang penampungannya berupa lubang yang berfungsi menyimpan dan meresapkan cairan kotoran/tinja ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran ke dasar lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak berbau. Jamban ini digunakan untuk daerah yang sulit air.
Contoh gambar Jamban Cemplung

b)      Jamban tangki septik/leher angsa
Merupakan jamban berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses penguraian/dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan resapannya. Pilihan leher angsa yang terbuat dari keramik, porselin atau kaca serat (fiber glass). Tempat air perapat harus terbuat dari kaca serat atau keramik karena permukaanya licin dan cukup kuat sehingga mudah dibersihkan.
Selain itu juga tidak berbau dan tidak mengundang serangga. Jamban ini digunakan untuk daerah yang cukup air dan daerah padat penduduk, karena dapat menggunakan multiple latrine yaitu suatu lubang penampungan tinja yang digunakan oleh beberapa jamban (satu lubang dapat menampung kotoran/tinja dari 3-5 jamban).

Petunjuk pemakaian dan pemeliharaan jamban yang dilengkapi dengan leher angsa, antara lain :
1.      Sebelum dipakai plat jongkok disiram terlebih dahulu dengan air supaya najis tidak melekat dan penggelontorannya lancar.
2.      Jika tidak ada bak penampung air di dalam jamban, sediakan tempat/ember dengan isi 2 sampai 3 liter.
3.      Air hujan jangan dialirkan langsung ke dalam jamban, demikian juga air dari kamar mandi. Hal ini untuk menghindarkan gangguan terhadap Tangki Septik atau Cubluk yang digunakan sebagai tempat pengolahan.
4.      Pelat jongkok harus dibersihkan dengan sikat yang khusus untuk itu (yang bertangkai). Untuk membersihkan dipakai sedikit air dan bubuk sabun atau abu gosok. Demikian juga lantai kakus/jamban harus dibersihkan setiap hari.
5.      Untuk menghindarkan tersumbatnya perangkap air, jangan membuang sampah dan kotoran rumah tangga lainnya ke dalam lubang jamban.
6.      Jangan membuang puntung rokok yang masih menyala ke lubang jamban, karena dapat mengakibatkan adanya tanda yang berbekas.
7.      Perangkap air yang tersumbat dibersihkan dengan belahan bambu dari arah lubang jamban atau jika ada dari lubang/bak pemeriksa di belakang kakus/jamban.
8.      Jika ada bau busuk dari kakus/jamban, periksalah apakah perangkap air kosong atau rusak. Jika perangkap air kosong, siramkan air kedalam lubang jamban.

c)      Jamban Empang
Merupakan jamban yang dibuat diatas empang, dengan tujuan tinja/kotorannya dapat langsung dimakan oleh hewan ternak, seperti ikan.






2.5  Syarat-syarat Jamban
Kementerian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat jamban sehat. Ada tujuh kriteria yang harus diperhatikan, antara lain :
a)      Tidak mencemari air
1.      Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang kotoran tidak mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika keadaan terpaksa, dinding dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat atau diplester.
2.      Jarak lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter.
3.      Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor dari lubang kotoran tidak merembes dan mencemari sumur.
4.      Tidak membuang air kotor dan buangan air besar (tinja) ke dalam selokan, empang, danau, sungai, dan laut.
b)      Tidak mencemari tanah permukaan.
1.      Tidak buang air besar di sembarang tempat, seperti : kebun, pekarangan, dekat sungai, dekat mata air, atau pinggir jalan.
2.      Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras kotorannya, kemudian kotoran ditimbun di lubang galian.
c)      Bebas dari serangga
1.      Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap minggu. Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam berdarah.
2.      Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat menjadi sarang nyamuk.
3.      Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bisa menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya.
4.      Lantai jamban harus selalu bersih dan kering.
5.      Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup.



d)     Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan.
1.      Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap selesai digunakan.
2.      Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup rapat oleh air.
3.      Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk membuang bau dari dalam lubang kotoran.
4.      Lantai jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihan harus dilakukan secara periodik.
e)      Aman digunakan oleh pemakainya.
Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang kotoran dengan pasang batu atau selongsong anyaman bambu atau bahan penguat lain yang terdapat di daerah setempat.
f)       Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi pemakainya.
1.      Lantai jamban rata dan miring ke arah saluran lubang kotoran.
2.      Jangan membuang plastik, puntung rokok, atau benda lain ke saluran kotoran karena dapat menyumbat saluran.
3.      Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban akan cepat penuh.
4.      Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan pipa berdiameter minimal 4 inci. Letakkan pipa dengan kemiringan minimal 2:100.
g)      Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan.
1.      Jamban harus berdinding dan berpintu.
2.      Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya terhindar dari kehujanan dan kepanasan.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan jarak jamban dan sumber air bersih adalah sebagai berikut :
1.      Kondisi daerah, datar atau miring.
2.      Tinggi rendahnya permukaan air.
3.      Arah aliran air tanah.
4.      Sifat, macam dan struktur tanah

2.6  Cara Memelihara Jamban
Untuk memelihara jamban yang sehat, antara lain :
a)      Lantai jamban selalu bersih dan tidak ada genangan air.
b)      Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan bersih.
c)      Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat.
d)     Tidak ada serangga (kecoa, lalat) dan tikus yang berkeliaran.
e)      Tersedia alat pembersih (sabun, sikat dan air bersih).
f)       Bila ada kerusakan segera diperbaiki.

2.7  Kriteria Tempat Jamban
a)      Pelat Jongkok
Pelat jongkok harus selalu bersih dan licin. Untuk itu pilihlah pelat jongkok yang terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, misalnya keramik, kaca serat, porselin, dan sebagainya.
b)      Pondasi
Umumnya tebal pondasi jamban 20-40 cm dan dalamnya 40 cm, terbuat dari batu kali, bata atau batako.
Adukannya terdiri dari semen : pasir = 1 : 6. Jika semen diganti dengan kapur dan semen merah : pasir = 1 : 3 : 4
c)      Lantai
Lantai beton setebal 10 cm, kedap air, awet, dan mudah dibersihkan. Lantai tegel dapat dipasang dengan adukan semen : pasir = 1 : 3
d)     Pintu
Pintu dapat dibuat dari bambu atau kayu yang dilapisi seng atau aluminium sehingga tidak mudah lapuk. Jarak tepi bawah pintu dari lantai sekitar 5-7,5 cm.

Ukuran :
1.      Tinggi 1,80 m.
2.      Lebar 0,65 m.
e)      Dinding
Dinding dapat dibuat dari bata/batako, kayu/papan, dan atau anyaman bambu. Tinggi dinding : 1,00 - 2,00 m. Dinding depan 20 cm lebih tinggi supaya atapnya miring ke belakang.
f)       Untuk menghemat biaya, dinding dapat dibagi dua:
1.      Bagian bawah dibuat dari bata setinggi 1,5 m supaya pemakaiannya terlindung.
2.      Bagian atas dapat dari anyaman bambu atau papan.
3.      Dinding bawah setinggi 40-50 cm harus diplester dengan kedap air agar tidak lembab dan mudah dibersihkan.
g)      Lubang Angin
Lubang angin sangat diperlukan agar selalu terjadi pergantian udara di dalam jamban.
h)      Atap
Atap jamban berguna sebagai pelindung di waktu hujan dan mencegah air hujan masuk ke dalam pelat jongkok. Bahan atap misalnya genting, seng gelombang, ijuk, atap plastik tembus cahaya, daun bambu, alang-alang, dan sebagainya. Kemiringan atap minimum 15 derajat.
i)        Jarak Cubluk atau Resapan dari Tangki Septik ke Sumur
Bila letak cubluk atau resapan dan tangki septik berdekatan dengan sumur, maka jarak minimum antara cubluk dan sumur tersebut harus 10 m.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk membuang tinja atau kotoran manusia atau najis bagi suatu keluarga yang lazim disebut kakus atau WC.
Pemeliharaan jamban keluarga sehat yang baik adalah lantai jamban hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air, bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang  jamban selalu dalam keadaan bersih, didalam jamban tidak ada kotoran terlihat, tidak ada serangga(kecoa, lalat) dan tikus berkeliaran, tersedia alat pembersih dan bila ada kerusakan segera diperbaiki.

3.2 Saran
Cara pengendalian yang paling sederhana adalah dengan menumbuhkan kesadaran dari dalam diri untuk untuk selalu menggunakan jamban yang sehat, tidak merusak lingkungan dan pencemarannya. Pemeliharaan jamban keluarga sehat yang baik adalah lantai jamban hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air, bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang  jamban selalu dalam keadaan bersih, didalam jamban tidak ada kotoran terlihat, tidak ada serangga(kecoa, lalat) dan tikus berkeliaran, tersedia alat pembersih dan bila ada kerusakan segera diperbaiki.
Selain itu diperlukan juga kontrol sosial budaya masyarakat untuk lebih menghargai sanitasi lingkungan, walaupun kadang harus dihadapkan pada mitos tertentu. Peraturan yang tegas dari pemerintah juga sangat diharapkan karena jika tidak maka perilaku masyarakat untuk menggunakan jamban  yang sehat tidak optimal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar