BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jamban merupakan sanitasi dasar penting yang harus dimiliki
setiap masyarakat. Sebenarnya masyarakat sadar dan mengerti arti pentingnya
mempunyai jamban sendiri di rumah. Alasan utama yang selalu diungkapkan
masyarakat mengapa sampai saat ini belum memiliki jamban keluarga yaitu tidak
atau belum mempunyai uang. Melihat dari faktor kenyataan tersebut, sebenarnya
tidak adanya jamban di setiap rumah tangga bukan semata karena faktor ekonomi,
tetapi lebih kepada adanya kesedaran masyarakat untuk menerapkan pola hidup
sehat (PHBS).
Jamban pun tidak
harus mewah dengan biaya yang mahal, cukup yang sederhana saja disesuaikan
dengan kemampuan ekonomi rumah tangga masing-masing keluarga. Buat apa jamban
yang mewah sementara perilaku buang air besar (BAB) masih tetap sembarangan.
Ada faktor lain yang menyebabkan masyarakat untuk tidak membuat
atau membangun jamban yaitu ketergantungan pada bantuan pemerintah dalam hal
membangun jamban. Hal ini merupakan bagian dari kesalahan masa lalu dalam
penerapan kebijakan yang justru cenderung memanjakan masyarakat.
Program pembangunan jamban yang dilakukan selama ini kurang
optimal khususnya dalam membangun perubahan masyarakat. Pendekatan yang
dilakukan mempunyai karakteristik yang berorientasi kepada konstruksi atau
bangunan fisik jamban saja, tanpa ada upaya pendidikan perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) yang memadai, selain itu desain jamban yang dianjurkan
seringkali mahal bagi keluarga miskin. Subsidi proyek tidak efektif menjangkau
kelompok masyarakat miskin. jamban dibangun, tetapi seringkali tidak
digunakan masyarakat.
1.2 Rumusan
Masalah
1.2.1
Apa
Pengertian Jamban ?
1.2.2
Apa
Tujuan Jamban ?
1.2.3
Apa
Manfaat Jamban ?
1.2.4
Apa
saja Jenis-jenis Jamban ?
1.2.5
Apa
saja Syarat-syarat Jamban ?
1.2.6
Bagaimana
Cara Memelihara Jamban ?
1.2.7
Bagaimana
Kriteria Tempat Jamban ?
1.3
Tujuan
1.3.1
Mengetahui Pengertian Jamban.
1.3.2
Mengetahui Tujuan
Jamban.
1.3.3
Mengetahui Manfaat Jamban.
1.3.4
Mengetahui Jenis-jenis Jamban.
1.3.5
Mengetahui Syarat-syarat Jamban.
1.3.6
Mengetahui Cara Memelihara Jamban.
1.3.7
Mengetahui Kriteria Tempat Jamban.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Jamban
Jamban adalah suatu ruangan yang
mempunyai fasilitas pembuangan tinja (kotoran) manusia yang tediri atas tempat
jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (jamban
cemplung) yang dilengkapi dengan unti penompang kotoran dan air untuk
membersihkannya.
2.2 Tujuan
Jamban
Tujuan dari di buatnya jamban yaitu
:
a) Menjaga lingkungan
bersih, sehat dan tidak berbau.
b) Tidak mencemari sumber
air yang ada di sekitamya.
c) Tidak mengundang
datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular penyakit Diare, Kolera
Disentri, Thypus, kecacingan, penyakit saluran pencernaan, penyakit kulit dan
keracuanan.
2.3 Manfaat Jamban
Manfaat dibuatnya jamban bagi manusia, yaitu :
a)
Mencegah pencemaran dari kotoran/tinja manusia.
b)
Mencegah penularan penyakit.
2.4 Jenis-Jenis
Jamban
a) Jamban cemplung
Merupakan jamban yang
penampungannya berupa lubang yang berfungsi menyimpan dan meresapkan cairan
kotoran/tinja ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran ke dasar lubang. Untuk
jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak berbau. Jamban ini digunakan
untuk daerah yang sulit air.
Contoh gambar Jamban Cemplung
b) Jamban tangki
septik/leher angsa
Merupakan jamban
berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa tangki septik kedap air yang
berfungsi sebagai wadah proses penguraian/dekomposisi kotoran manusia yang
dilengkapi dengan resapannya.
Pilihan leher angsa yang terbuat dari keramik, porselin atau kaca serat (fiber
glass). Tempat air perapat harus terbuat dari kaca serat atau keramik karena
permukaanya licin dan cukup kuat sehingga mudah dibersihkan.
Selain itu juga tidak berbau dan
tidak mengundang serangga. Jamban ini digunakan untuk daerah yang cukup air dan
daerah padat penduduk, karena dapat menggunakan multiple latrine yaitu suatu
lubang penampungan tinja yang digunakan oleh beberapa jamban (satu lubang dapat
menampung kotoran/tinja dari 3-5 jamban).
Petunjuk pemakaian dan pemeliharaan jamban yang dilengkapi dengan leher
angsa, antara lain :
1.
Sebelum
dipakai plat jongkok disiram terlebih dahulu dengan air supaya najis tidak
melekat dan penggelontorannya lancar.
2.
Jika
tidak ada bak penampung air di dalam jamban, sediakan tempat/ember dengan isi 2
sampai 3 liter.
3.
Air
hujan jangan dialirkan langsung ke dalam jamban, demikian juga air dari kamar
mandi. Hal ini untuk menghindarkan gangguan terhadap Tangki Septik atau Cubluk
yang digunakan sebagai tempat pengolahan.
4.
Pelat
jongkok harus dibersihkan dengan sikat yang khusus untuk itu (yang bertangkai).
Untuk membersihkan dipakai sedikit air dan bubuk sabun atau abu gosok. Demikian
juga lantai kakus/jamban harus dibersihkan setiap hari.
5.
Untuk
menghindarkan tersumbatnya perangkap air, jangan membuang sampah dan kotoran
rumah tangga lainnya ke dalam lubang jamban.
6.
Jangan
membuang puntung rokok yang masih menyala ke lubang jamban, karena dapat
mengakibatkan adanya tanda yang berbekas.
7.
Perangkap
air yang tersumbat dibersihkan dengan belahan bambu dari arah lubang jamban
atau jika ada dari lubang/bak pemeriksa di belakang kakus/jamban.
8.
Jika
ada bau busuk dari kakus/jamban, periksalah apakah perangkap air kosong atau
rusak. Jika perangkap air kosong, siramkan air kedalam lubang jamban.
c) Jamban Empang
Merupakan jamban yang
dibuat diatas empang, dengan tujuan tinja/kotorannya dapat langsung dimakan
oleh hewan ternak, seperti ikan.
2.5
Syarat-syarat
Jamban
Kementerian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat
jamban sehat. Ada tujuh kriteria yang harus diperhatikan, antara lain :
a) Tidak mencemari air
1. Saat menggali tanah untuk lubang
kotoran, usahakan agar dasar lubang kotoran tidak mencapai permukaan air tanah
maksimum. Jika keadaan terpaksa, dinding dan dasar lubang kotoran harus
dipadatkan dengan tanah liat atau diplester.
2. Jarak lubang kotoran ke sumur
sekurang-kurangnya 10 meter.
3. Letak lubang kotoran lebih rendah
daripada letak sumur agar air kotor dari lubang kotoran tidak merembes dan
mencemari sumur.
4. Tidak membuang air kotor dan buangan
air besar (tinja) ke dalam selokan, empang, danau, sungai, dan laut.
b) Tidak mencemari tanah permukaan.
1. Tidak buang air besar di sembarang
tempat, seperti : kebun, pekarangan, dekat sungai, dekat mata air, atau pinggir
jalan.
2. Jamban yang sudah penuh agar segera
disedot untuk dikuras kotorannya, kemudian kotoran ditimbun di lubang galian.
c) Bebas dari serangga
1. Jika menggunakan bak air atau
penampungan air, sebaiknya dikuras setiap minggu. Hal ini penting untuk
mencegah bersarangnya nyamuk demam berdarah.
2. Ruangan dalam jamban harus terang.
Bangunan yang gelap dapat menjadi sarang nyamuk.
3. Lantai jamban diplester rapat agar
tidak terdapat celah-celah yang bisa menjadi sarang kecoa atau serangga
lainnya.
4. Lantai jamban harus selalu bersih
dan kering.
5. Lubang jamban, khususnya jamban cemplung,
harus tertutup.
d) Tidak menimbulkan bau dan nyaman
digunakan.
1. Jika menggunakan jamban cemplung,
lubang jamban harus ditutup setiap selesai digunakan.
2. Jika menggunakan jamban leher angsa,
permukaan leher angsa harus tertutup rapat oleh air.
3. Lubang buangan kotoran sebaiknya
dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk membuang bau dari dalam lubang kotoran.
4. Lantai jamban harus kedap air dan
permukaan bowl licin. Pembersihan harus dilakukan secara periodik.
e) Aman digunakan oleh pemakainya.
Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada
dinding lubang kotoran dengan pasang batu atau selongsong anyaman bambu atau
bahan penguat lain yang terdapat di daerah setempat.
f) Mudah dibersihkan dan tak
menimbulkan gangguan bagi pemakainya.
1. Lantai jamban rata dan miring ke arah
saluran lubang kotoran.
2. Jangan membuang plastik, puntung
rokok, atau benda lain ke saluran kotoran karena dapat menyumbat saluran.
3. Jangan mengalirkan air cucian ke
saluran atau lubang kotoran karena jamban akan cepat penuh.
4. Hindarkan cara penyambungan aliran
dengan sudut mati. Gunakan pipa berdiameter minimal 4 inci. Letakkan pipa
dengan kemiringan minimal 2:100.
g) Tidak menimbulkan pandangan yang
kurang sopan.
1. Jamban harus berdinding dan berpintu.
2. Dianjurkan agar bangunan jamban
beratap sehingga pemakainya terhindar dari kehujanan dan kepanasan.
Faktor-faktor yang harus
diperhatikan dalam menentukan jarak jamban dan sumber air bersih adalah sebagai
berikut :
1. Kondisi daerah, datar atau miring.
2. Tinggi rendahnya permukaan air.
3. Arah aliran air tanah.
4. Sifat, macam dan struktur tanah
2.6
Cara
Memelihara Jamban
Untuk memelihara jamban yang sehat,
antara lain :
a)
Lantai jamban selalu bersih dan tidak ada genangan air.
b)
Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam
keadaan bersih.
c)
Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat.
d)
Tidak ada serangga (kecoa, lalat) dan tikus yang berkeliaran.
e)
Tersedia alat pembersih (sabun, sikat dan air bersih).
f)
Bila ada kerusakan segera diperbaiki.
2.7 Kriteria Tempat Jamban
a)
Pelat Jongkok
Pelat jongkok harus selalu bersih
dan licin. Untuk itu pilihlah pelat jongkok yang terbuat dari bahan yang mudah
dibersihkan, misalnya keramik, kaca serat, porselin, dan sebagainya.
b)
Pondasi
Umumnya tebal pondasi jamban 20-40
cm dan dalamnya 40 cm, terbuat dari batu kali, bata atau batako.
Adukannya terdiri dari semen : pasir
= 1 : 6. Jika semen diganti dengan kapur dan semen merah : pasir = 1 : 3 : 4
c)
Lantai
Lantai beton setebal 10 cm, kedap
air, awet, dan mudah dibersihkan. Lantai tegel dapat dipasang dengan adukan
semen : pasir = 1 : 3
d)
Pintu
Pintu dapat dibuat dari bambu atau
kayu yang dilapisi seng atau aluminium sehingga tidak mudah lapuk. Jarak tepi
bawah pintu dari lantai sekitar 5-7,5 cm.
Ukuran :
1. Tinggi 1,80 m.
2. Lebar 0,65 m.
e)
Dinding
Dinding dapat dibuat dari
bata/batako, kayu/papan, dan atau anyaman bambu. Tinggi dinding : 1,00 - 2,00
m. Dinding depan 20 cm lebih tinggi supaya atapnya miring ke belakang.
f)
Untuk
menghemat biaya, dinding dapat dibagi dua:
1. Bagian bawah dibuat dari bata
setinggi 1,5 m supaya pemakaiannya terlindung.
2. Bagian atas dapat dari anyaman bambu
atau papan.
3. Dinding bawah setinggi 40-50 cm
harus diplester dengan kedap air agar tidak lembab dan mudah dibersihkan.
g)
Lubang Angin
Lubang angin sangat diperlukan agar
selalu terjadi pergantian udara di dalam jamban.
h)
Atap
Atap jamban berguna sebagai
pelindung di waktu hujan dan mencegah air hujan masuk ke dalam pelat jongkok.
Bahan atap misalnya genting, seng gelombang, ijuk, atap plastik tembus cahaya,
daun bambu, alang-alang, dan sebagainya. Kemiringan atap minimum 15 derajat.
i)
Jarak Cubluk atau Resapan
dari Tangki Septik ke Sumur
Bila letak cubluk atau resapan dan
tangki septik berdekatan dengan sumur, maka jarak minimum antara cubluk dan
sumur tersebut harus 10 m.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang dipergunakan
untuk membuang tinja atau kotoran manusia atau najis bagi suatu keluarga yang
lazim disebut kakus atau WC.
Pemeliharaan jamban keluarga sehat yang baik adalah lantai jamban
hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air, bersihkan jamban secara
teratur sehingga ruang jamban selalu dalam keadaan bersih, didalam jamban
tidak ada kotoran terlihat, tidak ada serangga(kecoa, lalat) dan tikus
berkeliaran, tersedia alat pembersih dan bila ada kerusakan segera diperbaiki.
3.2
Saran
Cara pengendalian yang paling sederhana adalah dengan
menumbuhkan kesadaran dari dalam diri untuk untuk selalu menggunakan jamban
yang sehat, tidak merusak lingkungan dan pencemarannya. Pemeliharaan jamban
keluarga sehat yang baik adalah lantai jamban hendaknya selalu bersih dan tidak
ada genangan air, bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban
selalu dalam keadaan bersih, didalam jamban tidak ada kotoran terlihat, tidak
ada serangga(kecoa, lalat) dan tikus berkeliaran, tersedia alat pembersih dan
bila ada kerusakan segera diperbaiki.
Selain itu diperlukan juga kontrol sosial budaya masyarakat
untuk lebih menghargai sanitasi lingkungan, walaupun kadang harus dihadapkan
pada mitos tertentu. Peraturan yang tegas dari pemerintah juga sangat
diharapkan karena jika tidak maka perilaku masyarakat untuk menggunakan
jamban yang sehat tidak optimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar