Selasa, 10 April 2012

Limfoma Hodgkin


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Limfoma adalah tipe kanker yang terjadi pada limfosit (tipe sel darah putih pada sistem kekebalan tubuh vertebrata), yang berasal dari jaringan limfoid mencakup sistem limfatik dan imunitas tubuh. Tumor ini bersifat heterogen, ditandai dengan kelainan umum yaitu pembesaran kelenjar limfe diikuti splenomegali, hepatomegali, dan kelainan sumsum tulang. Tumor ini dapat juga dijumpai ekstra nodal yaitu di luar sistem limfatik dan imunitas antara lain pada traktus digestivus, paru, kulit, dan organ lain. Limfoma adalah bagian dari grup penyakit yang disebut kanker Hematological.
Pada abad ke-19 dan abad ke-20, penyakit ini disebut penyakit Hodgkin karena ditemukan oleh Thomas Hodgkin tahun 1832. Limfoma dikategorikan sebagai limfoma Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin. Terdapat banyak tipe limfoma, dalam garis besar limfoma dibagi dalam 4 bagian, diantaranya limfoma Hodgkin (LH), limfoma non-Hodgkin (LNH), Histiositosis X, dan Mycosis Fungoides. Dalam praktek, yang dimaksud limfoma adalah LH dan LNH, sedangkan Histiositosis X dan Mycosis Fungoides sangat jarang ditemukan.

1.2  Perumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud Limfoma Hodgkin (Penyakit Hodgkin)?
2.    Bagaimana etiologi dari Limfoma Hodgkin (Penyakit Hodgkin)?
3.    Bagaimana klasifikasi dari Limfoma Hodgkin (Penyakit Hodgkin)?
4.    Bagaimana gejala klinis dari Limfoma Hodgkin (Penyakit Hodgkin)?
5.    Bagaimana terapi / pengobatan dari Limfoma Hodgkin (Penyakit Hodgkin)?
6.    Bagaimana komplikasi dari Limfoma Hodgkin (Penyakit Hodgkin)?

1.3  Tujuan
1.    Untuk mengetahui pengertian dari Limfoma Hodgkin (Penyakit Hodgkin).
2.     Untuk mengetahui etiologi dari Limfoma Hodgkin (Penyakit Hodgkin).
3.    Untuk mengetahui klasifikasidari Limfoma Hodgkin (Penyakit Hodgkin).
4.    Untuk mengetahui gejala klinis dari Limfoma Hodgkin (Penyakit Hodgkin).
5.    Untuk mengetahui terapi / pengobatan dari Limfoma Hodgkin (Penyakit Hodgkin).
6.    Untuk mengetahui komplikasi dari Limfoma Hodgkin (Penyakit Hodgkin).



BAB II
KONSEP MEDIS

2.1 Pengertian
Limfoma adalah suatu kanker (keganasan) dari sistem limfatik (getah bening).
Sistem limfatik membawa tipe khusus dari sel darah putih
 (leukosit) yang disebut limfosit melalui suatu jaringan dari saluran tubuler (pembuluh getah bening) ke seluruh jaringan tubuh, termasuk sumsum tulang. Tersebarnya jaringan ini merupakan suatu kumpulan limfosit dalam nodus limfatikus yang disebut kelenjar getah bening. Limfosit yang ganas (sel limfoma) dapat bersatu menjadi kelenjar getah bening tunggal atau dapat menyebar di seluruh tubuh, bahkan hampir di semua organ. Dua tipe utama dari limfoma adalah Limfoma Hodgkin (yang lebih sering disebut Penyakit Hodgkin) dan Limfoma Non-Hodgkin. Limfoma Burkitt dan mikosis fungoides termasuk ke dalam jenis Limfoma Non Hodgkin.
Limfoma Hodgkin adalah kelompok neoplasma maligna/ganas yang muncul dalam kelenjar limfe atau jaringan limfoid ekstranodal yang ditandai dengan proliferasi atau akumulasi sel-sel asli jaringan limfoid (limfosit, histiosit dengan pra-sel dan derivatnya). Penyakit Hodgkin (Limfoma Hodgkin) adalah suatu jenis limfoma yang dibedakan berdasarkan jenis sel kanker tertentu yang disebut sel Reed-Stenberg, yang memiliki tampilan yang khas dibawah mikroskop. Sel Reed-Sternberg memiliki limfositosis besar yang ganas yang lebih besar dari satu inti sel. Sel-sel tersebut dapat dilihat pada biopsi yang diambil dari jaringan kelenjar getah bening, yang kemudian diperiksa dibawah mikroskop.

2.2 Etiologi
Limfoma merupakan golongan gangguan limfoproliferatif. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi dikaitkan dengan virus, khususnya virus Epstein Barr yang ditemukan pada limfoma Burkitt. Adanya peningkatan insiden penderita limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin pada kelompok penderita AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) pengidap virus HIV, tampaknya mendukung teori yang menganggap bahwa penyakit ini disebabkan oleh virus. Awal pembentukan tumor pada gangguan ini adalah pada jaringan limfatik sekunder (seperti kelenjar limfe dan limpa) dan selanjutnya dapat timbul penyebaran ke sumsum tulang dan jaringan lain. Penyakit ini tampaknya tidak menular. Penyakit ini lebih sering terjadi pada pria. Penyakit Hodgkin bisa muncul pada berbagai usia, tetapi jarang terjadi sebelum usia 10 tahun. Paling sering ditemukan pada usia diantara 15-34 tahun dan diatas 60 tahun.






2.3 Klasifikasi
Penyakit Hodgkin diklasifikasikan ke dalam empat kelompok berdasarkan karakteristik dasar jaringan yang terlihat dibawah mikroskop.

Jenis
Gambaran Mikroskopik
Kejadian
Perjalanan Penyakit
Limfosit Predominan
Sel Reed-Stenberg sangat sedikit tapi ada banyak limfosit
3% dari kasus
Lambat
Sklerosis Noduler
Sejumlah kecil sel Reed-Stenberg dan campuran sel darah putih lainnya; daerah jaringan ikat fibrosa
67% dari kasus
Sedang
Selularitas Campuran
Sel Reed-Stenberg dalam jumlah yang sedang dan campuran sel darah putih lainnya
25% dari kasus
Agak Cepat
Deplesi Limfosit
Banyak sel Reed-Stenberg dan sedikit limfosit jaringan ikat fibrosa yang berlebihan
5% dari kasus
Cepat

Limfoma Hodgkin lebih bersifat lokal, berekspansi dekat, cenderung intra nodal, hanya di mediastinum, dan jarang metastasis ke sumsum tulang. ia juga dapat terjadi metastasis melalui darah.

Stadium dan Prognosis Penyakit Hodgkin

Stadium
Penyebaran penyakit
Kemungkin untuk sembuh
(angka harapan hidup selama 15 tahun tanpa penyakit lebih lanjut)
I
Terbatas ke kelenjar getah bening dari satu bagian tubuh
(misalnya leher bagian kanan)
Lebih dari 95%
II
Mengenai kelenjar getah bening dari 2 atau lebih daerah pada sisi yang sama dari diafragma, diatas atau dibawahnya
(misalnya pembesaran kelenjar getah bening di leher dan ketiak)
90%
III
Mengenai kelenjar getah bening diatas & dibawah diafragma (misalnya pembesaran kelenjar getah bening di leher dan selangkangan)
80%
IV
Mengenai kelenjar getah bening dan bagian tubuh lainnya
(misalnya sumsum tulang, paru-paru atau hati
60 - 70%

2.4 Gejala Klinis
Gejala dari penyakit Hodgkin biasanya mengalami pembengkakan atau pembesaran kelenjar getah bening, paling sering di leher, tapi kadang-kadang di ketiak dan pangkal paha. Pada limfoma Hodgkin, 80% terdapat pada kelenjar getah bening leher, kelenjar ini tidak lahir multiple, bebas atas konglomerasi satu sama lain. Walaupun biasanya tidak nyeri, pembesaran tersebut bisa menimbulkan nyeri dalam beberapa jam setelah penderita meminum alkohol dalam jumlah yang banyak (intake alkohol 15-20%). Kadang pembesaran kelenjar getah bening berada jauh di dalam dada atau perut, yang biasanya tidak nyeri dan ditemukan secara tidak terduga pada pemeriksaan rontgen dada atau CT scan untuk keperluan lain.
Gejala lainnya adalah demam tipe pel-Ebstein dimana suhu tubuh meninggi selama beberapa hari yang diselingi dengan suhu normal atau di bawah normal selama beberapa hari atau beberapa minggu, berkeringat di malam hari, gatal-gatal, nafsu makan menurun, daya kerja menurun, berat badan menurun lebih dari 10% tanpa diketahui penyebabnya, terkadang disertai sesak nafas, dan pola perluasan limfoma Hodgkin sistematis secara sentripetal dan relatif lebih lambat.

Gejala dari Penyakit Hodgkin

Gejala
Penyebab
Berkurangnya jumlah sel darah merah (menyebabkan anemia, sel darah putih dan trombosit, kemungkinan nyeri tulang)
Limfoma sedang menyebar ke sumsum tulang
Hilangnya kekuatan otot
suara serak
Pembesaran kelenjar getah bening menekan saraf di tulang belakang atau saraf pita suara

Sakit kuning (jaundice)

Limfoma menyumbat aliran empedu dari hati
Pembengkakan wajah, leher & alat gerak atas (sindroma vena kava superior)
Pembesaran kelenjar getah bening menyumbat aliran darah dari kepala ke jantung
Pembengkakan tungkai dan kaki
Limfoma menyumbat aliran getah bening dari tungkai
Keadaan yang menyerupai pneumonia
Limfoma menyebar ke paru-paru
Berkurangnya kemampuan untuk melawan infeksi dan meningkatnya kecenderungan mengalami infeksi karena jamur dan virus
Penyakit sedang menyebar

2.5 Terapi / Pengobatan
Sebagian besar limfoma ditemukan pada stadium lanjut yang merupakan penyakit dalam terapi kuratif. Penemuan penyakit pada stadium awal masih merupakan faktor penting dalam terapi kuratif walaupun tersedia berbagai jenis kemoterapi dan radioterapi. Terapi yang dapat dilakukan berdasarkan derajat penyakit dan histopatologiknya adalah sebagai berikut :

1.      Radioterapi / Radiasi
Pasien Hodgkin derajat I dan II dapat menjalani radioterapi ini tanpa harus dikombinasi dengan terapi lain. Dosis yang diberikan umumnya 4000 rads. Untuk derajat I, yang menjadi radiation port-nya antara lain leher, supraclavicular, ketiak, dan upper mediastinal nodes. Radiation port untuk Hodgkin derajat II (diafragma atas) meliputi, leher, supraclavicular, aksila, dan mediastinal nodes, high periaortic nodes, dan splenic pedicle nodes, sedangkan untuk Hodgkin derajat II (diafragma bawah) melalui inverted Y port yang meliputi inguinal, iliac, periaortic dan splenic pedicle nodes. Khusus untuk Hodgkin derajat III dibedakan. Derajat IIIa diterapi dengan radioterapi sedangkan derajat IIIb diterapi dengan kemoterapi.

2.      Kemoterapi
Kemoterapi kombinasi dapat menjadi pilihan kuratif pada banyak pasien Hodgkin. Dan umumnya sangat baik diberikan pada Hodgkin derajat IIIb dan IV. Kemoterapi multiagen yang biasanya menjadi pilihan adalah MOPP yang diantaranya : Mustargen, Oncovin, Procarbazine, dan Prednison. Keempat regimen di atas digolongkan dalam program MOPP. Dan sampai saat ini program ini masih dipakai untuk penanganan Hodgkin dengan derajat penyakit yang berat.

3.      Stem Cell Transplantation
Stem cell transplantation atau transplantasi sel induk merupakan prosedur bedah dengan mengganti sel-sel tubuh yang rusak pada pasien dengan menyuntikkan sel yang telah dikemas kepada tubuh pasien. Sel-sel induk penderita terlebih dahulu akan diambil untuk dibekukan dan disimpan.
4.      Pengobatan alternatif lain adalah regimen ABVD (Adriamycin, Bleomycin, Vincristine, dan Dacarbazine) atau BCVPP (Bischorethylnitrosourea, Cyclophosphamide, Vinblastine, Prednison, dan Procarabine). Kedua pengobatan alternatif tersebut memiliki efikasi yang sama dengan MOPP. Bedanya MOPP memiliki toksisitas jangka panjang yang lebih tinggi dibanding ABVD dan BVCPP.

2.6 Komplikasi
Sebagian besar komplikasi dari penyakit Hodgkin dikarenakan terapi yang diberikan pada pasien.
Efek-efek umum yang merugikan berkaitan dengan kemoterapi meliputi : alopesia, mual, muntah, supresi sumsum tulang, stomatitis, dan gangguan gastrointestinal. Infeksi adalah komplikasi potensial yang paling serius yang mungkin dapat menyebabkan syok sepsis. Efek jangka panjang dari kemoterapi meliputi kemandulan, kardiotoksik, dan fibrosis pulmonal.
Efek samping terapi radioterapi dihubungkan dengan area yang diobati meliputi : hipotiroid (terjadi setelah dada dan leher diradiasi), komplikasi jantung dan paru-paru (tergantung seberapa banyak dosis kumulatif dari antrasiklin (berdampak pada jantung), Bleomycin (berdampak pada paru-paru), dan dosis radiasi yang diberikan pada radioterapi).
Bila pengobatan pada nodus limfa servikal atau tenggorokan maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut : mulut kering, disfagia, mual, muntah, rambut rontok, dan penurunan produksi saliva. Bila dilakukan pengobatan pada nodus limfa abdomen, efek yang mungkin terjadi adalah muntah, diare, keletihan, dan anoreksia.



BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

3.1  Pengkajian
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, tidak terasa nyeri, mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal ini dapat segera dicurigai sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang terjadi di sistem limfatik merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar limfe dengan sejenis virus atau mungkin tuberculosis limfa.
Pada pengkajian data yang dapat ditemukan pada pasien limfoma antara lain :
1.    Data subjektif
a.    Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38°C
b.    Sering keringat malam
c.    Cepat merasa lelah
d.   Badan lemah
e.    Mengeluh nyeri pada benjolan
f.     Nafsu makan berkurang

2.    Data Obyektif
a.    Timbul benjolan yang kenyal, mudah digerakkan pada leher, ketiak atau pangkal paha
b.    Wajah pucat
c.    Kebutuhan dasar :

Ø AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala :
a)    Kelelahan, kelemahan atau malaise umum
b)   Kehilangan produktifitas dan penurunan toleransi latihan
c)    Kebutuhan tidur dan istirahat lebih banyak
Tanda :
Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban dan tanda lain yang menunjukkan kelelahan

Ø SIRKULASI
Gejala :
Palpitasi, angina/nyeri dada
Tanda :
a)    Takikardia, disritmia
b)   Sianosis wajah dan leher (obstruksi drainase vena karena pembesaran nodus limfa adalah kejadian yang jarang)
c)    Ikterus sklera dan ikterik umum sehubungan dengan kerusakan hati dan obtruksi duktus empedu dan pembesaran nodus limfa (mungkin tanda lanjut), pucat (anemia), diaforesis, keringat malam

Ø INTEGRITAS EGO
Gejala :
a)    Faktor stress, misalnya sekolah, pekerjaan, keluarga
b)   Takut / ansietas sehubungan dengan diagnosis dan kemungkinan takut mati
c)    Takut sehubungan dengan tes diagnostik dan modalitas pengobatan (kemoterapi dan terapi radiasi)
d)   Masalah finansial : biaya rumah sakit, pengobatan mahal, takut kehilangan pekerjaan sehubungan dengan kehilangan waktu kerja
e)    Status hubungan : takut dan ansietas sehubungan menjadi orang yang tergantung pada keluarga
Tanda :
Berbagai perilaku, misalnya marah, menarik diri, pasif

Ø ELIMINASI
Gejala :
a)    Perubahan karakteristik urine dan atau feses
b)   Riwayat obstruksi usus, contoh intususepsi, atau sindrom malabsorbsi (infiltrasi dari nodus limfa retroperitoneal)
Tanda :
a)    Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada palpasi (hepatomegali)
b)   Nyeri tekan pada kudran kiri atas dan pembesaran pada palpasi (splenomegali)
c)    Penurunan haluaran urine urine gelap / pekat, anuria (obstruksi uretal / gagal ginjal)
d)   Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi batang spinal terjadi lebih lanjut)

Ø MAKANAN/CAIRAN
Gejala :
a)    Anoreksia/kehilangna nafsu makan
b)   Disfagia (tekanan pada easofagus)
c)    Adanya penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan sama dengan 10% atau lebih dari berat badan dalam 6 bulan sebelumnya dengan tanpa upaya diet
Tanda :
a)    Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau tangan kanan (sekunder terhadap kompresi vena kava superior oleh pembesaran nodus limfa)
b)   Ekstremitas : edema ekstremitas bawah sehubungan dengan obtruksi vena kava inferior dari pembesaran nodus limfa intra abdominal (non-Hodgkin)
c)    Asites (obstruksi vena kava inferior sehubungan dengan pembesaran nodus limfa intraabdominal)

Ø NEUROSENSORI
Gejala :
a)    Nyeri saraf (neuralgia) menunjukkan kompresi akar saraf oleh pembesaran nodus limfa pada brakial, lumbar, dan pada pleksus sakral
b)   Kelemahan otot, parestesia
Tanda :
a)    Status mental : letargi, menarik diri, kurang minat umum terhadap sekitar
b)   Paraplegia (kompresi batang spinaldari tubuh vetrebal, keterlibatan diskus pada kompresiegenerasi, atau kompresi suplai darah terhadap batng spinal)

Ø NYERI / KENYAMANAN
Gejala :
a)    Nyeri tekan/nyeri pada nodus limfa yang terkena misalnya, pada sekitar mediastinum, nyeri dada, nyeri punggung (kompresi vertebra), nyeri tulang umum (keterlibatan tulang limfomatus)
b)   Nyeri segera pada area yang terkena setelah minum alkohol
Tanda :
Fokus pada diri sendiri, perilaku berhati-hati

Ø PERNAPASAN
Gejala :
Dispnea pada kerja atau istirahat; nyeri dada
Tanda :
a)    Dispnea, takikardia
b)   Batuk kering non-produktif
c)    Tanda distres pernapasan, contoh : peningkatan frekuensi pernapasan dan kedaalaman penggunaan otot bantu, stridor, sianosis
d)   Parau / paralisis laringeal (tekanan dari pembesaran nodus pada saraf laringeal)

Ø KEAMANAN
Gejala :  
a)    Riwayat sering / adanya infeksi (abnormalitas imunitas seluler pencetus untuk infeksi virus herpes sistemik, TB, toksoplasmosis atau infeksi bakterial)
b)   Riwayat monokleus (resiko tinggi penyakit Hodgkin pada pasien yang titer tinggi virus Epstein-Barr)
c)    Riwayat ulkus / perforasi perdarahan gaster
d)   Pola sabit adalah peningkatan suhu malam hari terakhir sampai beberapa minggu (demam pel-Ebstein) diikuti oleh periode demam, keringat malam tanpa menggigil
e)    Kemerahan / pruritus umum
Tanda :
a)    Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi dari 38°C tanpa gejala infeksi
b)   Nodus limfe simetris, tak nyeri, membengkak / membesar (nodus servikal paling umum terkena, lebih pada sisi kiri daripada kanan, kemudian nodus aksila dan mediastinal)
c)    Nodus dapat terasa kenyal dan keras, diskret dan dapat digerakkan, pembesaran tonsil
d)   Pruritus umum
e)    Sebagian area kehilangan pigmentasi melanin (vitiligo)

Ø SEKSUALITAS
Gejala :
a)    Masalah tentang fertilitas / kehamilan (sementara penyakit tidak mempengaruhi, tetapi pengobatan mempengaruhi)
b)   Penurunan libido

Ø PENYULUHAN / PEMBELAJARAN
Gejala :
a)    Faktor resiko keluargaa (lebih tinggi insiden diantara keluarga pasien Hodgkin dari  pada populasi umum)
b)   Pekerjaan terpajan pada herbisida (pekerja kayu / kimia)

3.2  Diagnosa Keperawatan
1.    Nyeri b.d agen cedera biologi
2.    Hyperthermia b.d tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi
3.    Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah
4.    Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan informasi
5.    Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pembesaran nodus medinal / edema jalan nafas.

3.3  Intervensi
1.      Nyeri b.d agen cedera biologi
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri klien berkurang/hilang dengan kriteria hasil :
a.    Skala nyeri 0 - 3
b.    Wajah klien tidak meringis
c.    Klien tidak memegang daerah nyeri
Intervensi :
a.    Kaji skala nyeri dengan PQRST
R : untuk mengetahui skala nyeri klien dan untuk mempermudah dalam menentukan intervensi selanjutnya
b.    Ajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi
R : teknik relaksasi dan distraksi yang diajarkan kepada klien, dapat membantu dalam mengurangi persepsi klien terhadap nyeri yang dideritanya
c.    Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik
R : obat analgetik dapat mengurangi atau menghilangkan nyeri yang diderita oleh klien

2.      Hyperthermia b.d tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan suhu tubuh klien turun / dalam keadaan normal dengan kriteria hasil : suhu tubuh dalam batas normal (35,9 - 37,5°C)
Intervensi :
a.    Observasi suhu tubuh klien
R : dengan memantau suhu tubuh klien dapat mengetahui keadaan klien dan juga dapat mengambil tindakan dengan tepat
b.    Berikan kompres hangat pada dahi, aksila, perut dan lipatan paha
R : kompres dapat menurunkan suhu tubuh klien
c.    Anjurkan dan berikan minum yang banyak kepada klien (sesuai dengan kebutuhan cairan tubuh klien)
R : dengan banyak minum diharapkan dapat membantu menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh klien
d.   Kolaborasi dalam pemberian antipiretik
R : antipiretik dapat menurunkan suhu tubuh

3.    Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selam 3 x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan kriteria hasil :
a.    Menunjukkan peningkatan berat badan / berat badan stabil
b.    Nafsu makan klien meningkat
c.    Klien menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk mempertahankan berat badan yang sesuai
Intervensi :
a.    Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai
R : mengidentifikasi defisiensi nutrisi dan juga untuk intervensi selanjutnya
b.    Observasi dan catat masukan makanan klien
R : mengawasi masukan kalori
c.    Timbang berat badan klien tiap hari
R : mengawasi penurunan berat badan dan efektivitas intervensi nutrisi
d.   Berikan makan sedikit namun frekuensinya sering
R : meningkatkan pemasukan kalori secara total dan juga untuk mencegah distensi gaster
e.    Kolaborasi dalam pemberian suplemen nutrisi
R : meningkatkan masukan protein dan kalori


4.    Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan informasi
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan sela 1 x 24 jam diharapkan diharapkan klien dan keluarganya dapat mengetahui tentang penyakit yang diderita oleh klien dengan kriteria hasil :
a.    Klien dan keluarga klien dapat memahami proses penyakit klien
b.    Klien dan keluarga klien mendapatkan informasi yang jelas tentang penyakit yang diderita oleh klien
c.    Klien dan keluarga klien dapat mematuhi proses terapiutik yang akan dilaksanakan
Intervensi :
a.    Berikan komunikasi terapiutuk kepada klien dan keluarga klien
R : memudahkan dalam melakukan prosedur terpiutuk kepada klien
b.    Berikan KIE mengenai proses penyakitnya kepada klien dan keluarga klien
R : klien dan keluarga klien dapat mengetahui proses penyakit yang diderita oleh klien

5.    Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pembesaran nodus medinal / edema jalan nafas
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selam 3 x 24 jam diharapkan bersihan jalan nafas klien efektif / normal dengan kriteria hasil :
a.    Klien dapat bernafas dengan normal / efektif
b.    Klien bebas dari dispnea, sianosis
c.    Tidak terjadi tanda distress pernafasan
Intervensi :
a.    Kaji frekuensi pernafasan, kedalaman, irama
R : perubahan dapat mengindikasikan berlanjutnya keterlibatan / pengaruh pernafasn yang membutuhkan upaya intervensi
b.    Tempatkan pasien pada posisi nyaman, biasanya dengan kepala tempat tidur tinggi/atau duduk tegak ke depan kaki digantung
R : memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan kerja pernafasan, dan menurunkan resiko aspirasi
c.    Bantu dengan teknik nafas dalam dan atau pernafasan bibir / diafragma. Abdomen bila diindikasikan
R : membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan nafas kecil, memberikan klien beberapa kontrol terhadap pernafasan, membantu menurunkan ansietas
d.   Kaji respon pernafasan terhadap aktivitas
R : penurunan oksigenasi selular menurunkan toleransi aktivitas





BAB IV
PENUTUP

4.1  Kesimpulan
I.        Konsep Medis dari Limfoma Hodgkin (Penyakit Hodgkin) :
Limfoma adalah suatu kanker (keganasan) dari sistem limfatik (getah bening). Limfoma Hodgkin adalah kelompok neoplasma maligna/ganas yang muncul dalam kelenjar limfe atau jaringan limfoid ekstranodal yang ditandai dengan proliferasi atau akumulasi sel-sel asli jaringan limfoid (limfosit, histiosit dengan pra-sel dan derivatnya).
Limfoma merupakan golongan gangguan limfoproliferatif. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi dikaitkan dengan virus, khususnya virus Epstein Barr yang ditemukan pada limfoma Burkitt.
Limfoma Hodgkin (Penyakit Hodgkin), terbagi atas 4 jenis, yaitu :  Limfosit Predominan (Rich Limphocyte), Sklerosis Noduler (Nodular Sclerosing limphocyte),  Selularitas Campuran (Mixed Cellularity), dan Deplesi Limfosit (Limphocyte Depletio).
Stadium dan Prognosis Penyakit Hodgkin yaitu : Pada Stadium I, penyebaran penyakit terbatas ke kelenjar getah bening dari satu bagian tubuh (misalnya leher bagian kanan); pada Stadium II, penyebaran penyakit mengenai kelenjar getah bening dari 2 atau lebih daerah pada sisi yang sama dari diafragma, diatas atau dibawahnya (misalnya pembesaran kelenjar getah bening di leher dan ketiak); Pada Stadium III, penyebaran penyakit mengenai kelenjar getah bening diatas & dibawah diafragma (misalnya pembesaran kelenjar getah bening di leher dan selangkangan); dan pada Stadium IV, penyebaran penyakit mengenai kelenjar getah bening dan bagian tubuh lainnya (misalnya sumsum tulang, paru-paru atau hati.
Gejala Klinis dari Limfoma Hodgkin (Penyakit Hodgkin) yaitu : Pembengkakan kelenjar getah bening (80% terdapat pada kelenjar getah bening leher, kelenjar ini tidak lahir multiple, bebas atas konglomerasi satu sama lain), demam tipe pel-Ebstein, gatal-gatal, keringat malam, berat badan menurun lebih dari 10% tanpa diketahui penyebabnya, nafsu makan menurun, daya kerja menurun, Terkadang disertai sesak nafas, nyeri setelah mendapat intake alkohol (15-20%), dan pola perluasan limfoma Hodgkin sistematis secara sentripetal dan relatif lebih lambat.
Terapi / pengobatan yang dapat dilakukan untuk menanagani Limfoma Hodgkin (Penyakit Hodgkin) adalah Radioterapi / Radiasi, Kemoterapi, Stem Cell Transplantation, dan Pengobatan alternatif lain adalah regimen ABVD (Adriamycin, Bleomycin, Vincristine, dan Dacarbazine) atau BCVPP (Bischorethylnitrosourea, Cyclophosphamide, Vinblastine, Prednison, dan Procarabine).
Komplikasi dari penyakit Hodgkin akibat terapi / pengobatan  yang diberikan pada pasien, meliputi : alopesia, mual, muntah, anoreksia, supresi sumsum tulang, stomatitis, gangguan gastrointestinal, kemandulan, kardiotoksik, fibrosis pulmonal, hipotiroid, komplikasi jantung dan paru-paru, mulut kering, disfagia, rambut rontok, dan penurunan produksi saliva.
II.     Konsep Keperawatan :
Adapun diagnosa keperawatan pada pasien Limfoma Hodgkin (penyakit Hodgkin) yaitu :
1.    Nyeri b.d agen cedera biologi
2.    Hyperthermia b.d tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi
3.    Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah
4.    Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan informasi
5.    Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pembesaran nodus medinal / edema jalan nafas.

4.2   Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan kita harus mengetahui tentang penyakit Hodgkin ini, hal ini ditujukan apabila mahasiswa menemukan kasus penyakit Hodgkin di lingkungannya, mahasiswa dapat melakukan tindakan lebih awal dengan meminta pasien memeriksakan dirinya ke dokter. Selain itu, asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit Hodgkin sangat penting dipelajari siswa agar siswa dapat membuat asuhan keperawatan pada klien dengan Hodgkin dan merawat klien jika berhadapan langsung dengan klien dengan penyakit Hodgkin.
Pencegahan yang bisa dilakukan untuk penyakit Hodgkin pun sebenarnya masih belum jelas sebab penyebabnya belum dapat dipastikan. Namun ada beberapa hal yang bisa dijadikan pencegahan bagi penderita Hodgkin agar tidak mendapat komplikasi.
Pencegahan yang dimaksud antara lain : sebisa mungkin mengonsumsi obat-obat sesuai dengan resep dokter saja untuk menghindari dosis berlebih dari obat-obat seperti antrasiklin ataupun bleomycin dan bagi pasien pria tidak ada salahnya untuk menyimpan spermanya di bank sperma untuk menghindari adanya kemungkinan menjadi infertil setelah diterapi dengan obat-obat yang mengandung agen alkylator.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar