TUGAS INDIVIDU
Mikrobiologi dan
Parasitologi
“Brugia
malayi (Filaria malayi)”
Disusun Oleh :
HALVIZAH H
0101040076
Dosen Pengampuh : Drs. Agustinus Renyoet, M.Si
PROGRAM STUDI
ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS
CENDERAWASIH
JAYAPURA
2012
Brugia malayi (Filaria malayi)
·
Hospes
definitif : Manusia, anjing, kucing, kera,
lutung
·
Hospes
perantara/vektor : Nyamuk (Anophels, Aedes, Mansonia)
·
Habitat : - Cacing dewasa: Saluran dan kelenjar limfe
-
Mikrofilaria
: Darah dan limfe
·
Penyakit : Brugiasis malayi, filariasis malayi, kaki
gajah tipe malayi
·
Distribusi
geografik : Asia (Asia Tenggara, India sampai ke Jepang
Di
Indonesia : Sumatera sampai Seram
Pengertian
Brugia malayi
adalah nematoda
(cacing gelang), salah satu dari tiga agen penyebab filariasis limfatik
pada manusia. Filariasis limfatik, juga dikenal sebagai kaki gajah , adalah kondisi yang ditandai oleh
pembengkakan pada tungkai bawah. Dua penyebab filaria lain dari filariasis limfatik adalah Wuchereria bancrofti dan Brugia timori , yang berbeda dari B. Malayi morfologis, gejalanya,
dan dalam batas geografis.
Penyebaran brugiasis
Cacing dewasa hidup di dalam saluran
dan pembuluh limfe, sedangkan mikrofilaria dijumpai didalam darah tepi hospes
definitif. Bentuk cacing dewasa mirip bentuknya dengan W. bancrofti,
sehingga sulit dibedakan. Panjang cacing betina Brugia malayi dapat mencapai
55 mm, dan cacing jantan 23 cm. Brugia timori betina panjang badannya
sekitar 39 mm dan yang jantan panjangnya dapat mencapai 23 mm.
Mikrofilaria Brugia mempunyai
mempunyai selubung, panjangnya dapat mencapai 260 mikron pada B.malayi dan
310 mikron pada B.timori. Ciri khas mikrofilaria B. malayi adalah
bentuk ekornya yangn mengecil, dan mempunyai dua inti terminal, sehingga mudah
dibedakan dari mikrofilaria W. bancrofti.
Brugia ada yang zoonotik, tetapi ada
yang hanya hidup pada manusia. pada Brugia malayi bermacam-macam, ada
yang nocturnal periodic, nocturnal subperiodic, atau non periodic. Brugia
timori bersifat periodik nokturna.
Nyamuk yang dapat menjadi vektor
penularannya adalah Anopheles (vektor brugiasis non zoonotik) atau mansonia
(vektor brugiasis zoonotik).
Vektor dan Epidemiologi
Brugia
timori merupakan spesies baru yang ditemukan di Indonesia sejak 1965, yang
ditularkan oleh vektor yaitu Anopheles barbirostris yang berkembang biak di
daerah sawah, baik di dekat pantai maupun di daerah pedalaman. Brugia timori
hanya terdapat di Indonesia Timur di Pulau Timor, Flores, Rote, Alor dan
beberapa pulau kecil di Nusa Tenggara Timur. ( sumber : http://doctorology.net/?p=92 )
Siklus kehidupan Brugia
malayi (Filaria malayi)
Patofisiologi
Brugia timori / malayi ditularkan
oleh An. barbirostris. Didalam
tubuh nyamuk betina, mikrofilaria yang terisap waktu menghisap darah akan
melakukan penetrasi pada dinding lambung dan berkembang dalam otot thorax
hingga menjadi larva filariform infektif,
kemudian berpindah ke proboscis. Saat
nyamuk menghisap darah, larva filariform
infektif akan ikut terbawa dan masuk melalui lubang bekas tusukan nyamuk di
kulit. Larva infektif tersebut akan bergerak mengikuti saluran limfa dimana
kemudian akan mengalami perubahan bentuk sebanyak dua kali sebelum menjadi
cacing dewasa. ( Sumber : http://doctorology.net/?p=92 )
Gambar 1 Gambar
2
Gambar cacing
Brugia Malayi : (1) http://doctorology.net/?p=92 , (2) http://budisetiawan-ep-tropmed.blogspot.com/2010/09/penyebab-filariasis-limfatik.html
Gejala Klinis
Stadium akut
ditandai dengan serangan demam dan gejala peradangan saluran dan kelenjar
limfe, yang hilang timbul berulang kali. Limfadenitis biasanya mengenai
kelenjar limfe inguinal di satu sisi dan peradangan ini sering timbul setelah
penderita bekerja berat di ladang atau di sawah. Limfadenitis biasanya
berlangsung 2-5 hari dan dapat sembuh dengan sendirinya. Kadang perandangan
limfe ini dapat menjalar ke bawah, mengenai saluran limfe dan menimbulkan
limfangitis retrograd, yang bersifat khas pada filariasis. Peradangan pada
saluran limfe ini dapat terlihat sebagai garis merah yang menjalar ke bawah dan
peradangan ini dapat pula menjalar ke jaringan sekitarnya, menimbulkan
infiltrasi pada seluruh paha atas. Pada stadium ini tungkai bawah biasanya ikut
membengkak dan menimbulkan gejala limfedema. Limfadenitis biasanya berkembang
menjadi bisul, pecah menjadi ulkus. Ulkus pada pangkal paha ini bila sembuh
meninggalkan bekas sebagai jaringan parut. Dan tanda
ini merupakan salah satu gejala obyektif filariasis limfatik. Limfadenitis dengan gejala komplikasinya dapat berlangsung beberapa minggu
sampai tiga bulan lamanya.
Pada filariasis
brugia, sistem limfe alat kelamin tidak pernah terkena, lambat laun
pembengkakan tungkai tidak menghilang pada saat gejala peradangan sudah sembuh,
akhirnya timbullah elefantiasis. Kecuali kelenjar limfe inguinal, kelenjar
limfe lain di bagian medial tungkai, di ketiak dan di bagian medial lengan juga
sering terkena. Pada filariasis brugia, elefantiasis hanaya mengenai tungkai
bawah, di bawah lutut, atau kadang-kadang lengan bawah di bawah siku. Alat
kelamin dan payudara tidak pernah terkena, kecuali di daerah filariasis brugia
yang bersamaan dengan filariasis bankrofti. Kiluria bukan merupakan gejala
klinis filariasis brugia. ( SUMBER : http://doctorology.net/?p=92 )
Pengobatan brugiasis
Hingga sekarang DEC masih merupakan obat pilihan. Dosis yang dipakai di
beberapa negara Asia berbeda-beda. Di Indonesia dosis yang dianjurkan adalah 5
mg/kg berat badan/hari selama 10 hari. Efek samping DEC pada pengobatan
filariasis brugia jauh lebih berat, bila dibandingkan dengan yang terdapat pada
pengobatan filariasis bankrofti. Untuk pengobatan masal pemberian dosis
standard dan dosis tunggal tidak dianjurkan. Yang dianjurkan adalah pemberian
dosis rendah jangka panjang (100 mg/minggu selama 40 minggu) atau garam DEC 0,2
– 0,4 % selama 9 – 12 bulan. Pengobatan dengan iver mektin sama dengan pada
filariasis bankrofti. Untuk mendapatkan hasil penyembuhan yang sempurna,
pengobatan ini perlu diulang beberapa kali. Stadium mikrofilaremia, gejala peradangan dan limfedema dapat disembuhkan
dengan pengobatan DEC. Kadang elefantiasis dini dan beberapa kasus elefantiasis
lanjut dapat diobati dengan DEC. ( sumber : http://doctorology.net/?p=92 )
Pencegahan brugiasis
Tindakan pencegahan brugiasis sesuai dengan upaya
pencegahan pada filariasis bancrofti, yaitu pengobatan penderita, pengobatan
masal penduduk didaerah endemik, pencegahan pada pendatang dan pemberantasan
vektor penular filariasis malayi.
( sumber : http://ekspresiman.blogspot.com/2012/03/brugia-malayi-dan-b-timori.html )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar