Minggu, 15 April 2012

Wuchereria bancrofti (Cacing Filaria)




Wuchereria bancrofti/ Cacing Filaria



v  Kerajaan          : Animalia
v  Filum               : Nematoda
v  Kelas               : Secernentea
v  Ordo                : Spirurida
v  Upaordo          : Spirurina
v  Famili              : Onchocercidae
v  Genus              : Wuchereria
(http://id.wikipedia.org/wiki/Wuchereria_bancrofti)

v  Penyakit                      : Filariasis bancrofti, Wuchereriasis, Elephantiasis
v  Distribusi Geografis   : Parasit ini tersebar di daerah tropis dan subtropis, ke Utara sampai ke Spanyol, ke Selatan sampai ke Australia, Afrika,Asia, Jepang, Taiwan, Philiphina, Indonesia dan Kepulauan Pasifik Selatan.
v  Habitat                         : Bentuk dewasa ditemukan di saluran dan kelenjar lymphe manusia.
v  Vector                          : Nyamuk (Culex, Aedes, Anopheles)

Morfologi :
Cacing dewasa: berbentuk memanjang seperti rambut (hair like), warna transparans, bentuk filariform dengan ujung meruncing sedikit demi sedikit. Cacing jantan dan betina didapatkan saling melingkar di dalam habitatnya dan sukar untuk dilepaskan.
ü  Jantan : Ukuran 25-40 X 0,1 mm, bagian posterior melengkung ke ventral dan mempunyai spiculae
ü  Betina : Ukuran 80-100 X 0,25 mm.
ü  Life span : kurang lebih 5-10 tahun.
Mikrofilaria :
Setelah dilahirkan oleh induknya dalam saluran lymphe, mereka akan menemukan jalannya menuju saluran lymphe utama dan akhirnya berada dalam aliran darah tepi. Morfologi mikrofilaria dapat diamati dengan baik dengan mengambil darah penderita, dan dibuat sediaan tetes tebal yang diwarnai dengan Wright/Giemsa. Pada sediaan yang baik akan terlihat mikrofilaria sebagai suatu bentukan silinder memanjang. Ciri-ciri khas dari mikrofilaria Wuchereria bancrofti sbb :
ü  Ukuran kurang lebih 290 X 6 mikron
ü  Terbungkus oleh suatu selaput hialin (hyaline sheath), tetapi pada pengecatan dengan Giemsa
ü  Sheath ini jarang nampak dan hanya nampak pada pengecatan yang pekat.
ü  Curva tubuhnya halus dan tak mempunyai lekukan tubuh sekunder (secondary kink negatif)
ü  Tubuhhya terisi oleh body nuclei yang tersebar merata, nampak seolah-olah teratur.
ü  Pada ujung anterior terdapat bagian yang bebas dari body nuclei, disebut cephalic space yang
ü  Ukuran panjangnya kurang lebih sama dengan lebarnya (Cephalic space ratio 1 : 1).
ü  Ujung posterior tidak mengandung body nuclei (Terminal nuclei negatif)
(http://www.sodiycxacun.web.id/2011/05/wuchereria-bancrofti-filaria-bancrofti.html)

A.   Siklus Hidup

 
 
Siklus hidup W. bancrofti sumber www.dpd.cdc.gov/dpdx

Wuchereria bancrofti mempunyai 2 host yaitu :
1. Dalam Tubuh Manusia (Definitif host) :
Cacing dewasa berada dalam saluran dan kelenjar lymphe, setelah kawin cacing betina akan melahirkan mikrofilaria (ovo vivipar) sesuai dengan sifat periodisitasnya mikrofilaria-mikrofilaria tersebut akan berada di darah tepi . Bila kebetulan ada nyamuk yang sesuai menggigit penderita tersebut, maka mikrofilaria akan ikut terhisap bersama darah penderita dan masuk ke tubuh nyamuk. Didalam tubuh manusia mikrofilaria dapat bertahan hidup lama tanpa mengalami perubahan bentuk.

2. Dalam Tubuh Intermediate host :
Nyamuk yang berperan sebagai vektor biologis/hospes perantaraan untuk Wuchereria bancrofti adalah dari genus : Culex, Anopheles,Aedes. Mikrofilaria yang terhisap masuk pada saat terjadinya gigitan, sesampai di lambung nyamuk akan melepaskan sheathmya. Dalam waktu 1-2 jam kemudian ia menembus dinding usus nyamuk menuju ke otot-otot thorax untuk mengadakan metamorfosis. Dalam waktu kurang lebih 2 hari mikrofilaria akan tumbuh menjadi larva stadium I (l24-250 mikron X 10-17 mikron) dan 3-7 hari kemudian menjadi larva stadium II yang panjangnya (225-330 mikron dan lebar 15-30 mikron) dan pada hari ke 10-11 pertumbuhan larva dapat dikatakan telah lengkap menjadi larva stadium III dengan ukuran panjang 1500-2000 mikron dan lebarnya 18-23 mikron), yaitu stadium yang infektif untuk manusia. Larva tersebut bermigrasi ke kelenjar ludah (proboscis). dan siap untuk ditularkan bila nyamuk tersebut menggigit manusia lagi.

Cara Infeksi :
ü  Melalui inokulasi (gigitan) nyamuk betina. (Culex, Aedes, Anopheles), di India dan China : Culex fatigans, di Kepulauan Pasific : Anopheles punctulatus
ü  Bentuk infektif untuk manusia larva stadium III
ü  Portal of entry : kulit
Habitat :
System lymphatic dari extremitas superior atau inferior, hal ini tergantung dari lokasi gigitan. Kebanyakan di regio Inguino-scrotal
(http://www.sodiycxacun.web.id/2011/05/wuchereria-bancrofti-filaria-bancrofti.html)
 
B. Patogenesis

Effect pathogen yang nampak pada Wuchereria dapat disebabkan oleh bentuk dewasa baik yang hidup maupun yang mati. Bentuk dewasa atau larva yang sedang tumbuh dapat menyebabkan kelainan berupa reaksi inflamasi dan system lympatic. Sedangkan bentuk microfilarianya yang hidup didalam darah belum diketahui apakah menghasilkan product-product yang bersifat pathogen, kecuali pada accult filariasis.
Hasil metabolisme dari larva Wuchereria yang sedang tumbuh menjadi dewasa pada individu yang sensitif dapat menyebabkan reaksi allergi seperti: urticaria, "fugitive swelling". (pembengkakan, nyeri, pembengkakan pada kulit extremitas) dan pembengkakan kelenjar lymphe. Gejala ini dapat timbul awal dalam waktu beberapa bulan (kurang lebih 3 1/2 bulan) setelah penularan. Pemeriksaan darah tepi untuk mencari mikrofilaria pada stadium ini biasanya negatif (gagal ditemukan), tetapi pada biopsi kelenjar lymphe setempat mungkin dapat ditemukan cacing Wuchereria bancrofti muda atau dewasa.

Gejala Klinis :
Karena filariasis bancrofti dapat berlangsung selama beberapa tahun maka dapat terjadi gambaran klinis yang berbeda-beda. Reaksi pada manusia terhadap infeksi filaria berbeda dan beraneka ragam. Akibat infeksi yang disebabkan oleh filaria maka dapat diklasifikasi sbb :
  1. Bentuk dengan peradangan
  2. Bentuk dengan penyumbatan dan
  3. Bentuk tanpa gejala.
1. Bentuk dengan peradangan (Filariasis dengan peradangan)
Filariasis dengan peradangan merupakan fenomen alergi karena kepekaan terhadap bahan-bahan metabolit yang berasal dari larva yang sedang tumbuh dari cacing betina yang melahirkan mikrofilaria, atau dari cacing dewasa yang hidup dan yang mati. Dapat juga terjadi infeksi sekunder yang disebabkan oleh streptococcus atau oleh jamur. Lymphangitis dari anggota tutuh pembengkakan setempat dan kemerahan lengan dan tungkai merupakan gejala yang khas dari serangan yang berulang- ulang. Demam menggigil, sakit kepala, muntah dan kelemahan dapat menyertai serangan tersebut yang dapat berlangsung beberapa hari-minggu yang terutama terkena ialah saluran limphe tungkai dan alat genital; dapat terjadi funiculitis, epididymitis, orchitis. Dapat terjadi leucocytosis sampai 10.000 dengan Eosinophyl 6-26%.

2. Bentuk penyumbatan (Filariasis dengan penyumbatan)
Penyumbatan dapat terjadi akibat perubahan dinding dan proliferasi endothel saluran lymphe karena proses peradangan (obliterative endolymphangitis) juga karena fibrosis kelenjar lymphe dan jaringan ikat sekitarnya akibat keradangan yang berulang-ulang atau dapat juga akibat efek mekanis misalnya penyumbatan oleh cacing dewasa pada lumen pembuluh lymphe. Penyumbatan pada filariasis terjadinya perlahan-lahan biasanya setelah terkena infeksi filaria selama bertahun-tahun. Akibat penyumbatan limfatik tersebut maka dapat terjadi pelebaran lumen dan menurunnya elastisitas pembuluh lymphe, disebut lymp varix. Dapat juga timbul kebocoran dinding pembuluh lymphe yang menyebabkan cairan lymphe keluar dari lumen; hidrocele, chyluria. Hypretrofi jaringan yang terkena proses yang menahun menyebabkan penebalan jaringan sehingga bisa terjadi Elephanthiasis.

3. Bentuk tanpa gejala (Filariasis tanpa gejala)
Di daerah endemi, anak-anak mungkin terkena penyakit sejak umur muda, dan pada umur 6 tahun pada mereka telah dapat ditemukan mikrofilaria di dalam darah tanpa menimbulkan gejala yang menunjukkan adanya infeksi ini. Pada pemeriksaan tubuh tampak mikrofilaria dalam jumlah besar dan adanya eosinofil. Pada waktu cacing dewasa mati mikrofilaria menghilang tanpa penderita menyadari akan adanya infeksi.

Diagnosa :
Diagnosa filariasis ditegakkan berdasarkan atas :
Anamnese yang berhubungan dengan nyamuk didaerah endemic. Dari gejala klinis seperti tersebut diatas. Pemeriksaan laboratorium dengan melakukan pemeriksaan darah yang diambil pada waktu malam (terutama untuk yang bersifat xacternal periodicyty). Diagnosa pasti bila kita menemukan parasitnya. Perlu kiranya diketahui bahwa darah penderita dengan gejala filariasis tidak selalu ditemukan mikrofilaria. Selain dengan pemeriksaan tersebut dapat juga dilakukan dengan : Xeno Diagnosis yaitu Nyamuk yang steril digigitkan pada orang yang diduga menderita Wuchereriais, kemudian dilakukan pembedahan atau nyamuk-nyamuk tersebut dilumatkan untuk mencari mikrofilaria atau larva.
Metode yang lain adalah : Biopsi kelenjar: gambaran yang khas dari infeksi Wuchereriasis kelenjar sangat membantu. Serologis : dapat dilakukan dengan tes kulit (skin test) maupun Complement Fixation Test, dengan menggunakan antigen yang berasal dari Dirofilaria immitis. Metode ini sangat membantu diagnosa terutama pada fase- fase permulaan. Ada keadaan-keadaan tertentu dimana mikrofilaria tidak ditemukan pada pemeriksaan darah tepi penderita, yaitu: - Selama permulaan fase allergie setelah serangan limfangitis, karena cacing dewasa telah mati. Pada kasus-kasus Elephanthiasis, karena sumbatan sistim limfatik sehingga mikrofilaria tak dapat mencapai peredaran darah pada Occult Filariasis.
(http://www.sodiycxacun.web.id/2011/05/wuchereria-bancrofti-filaria-bancrofti.html) 

C.   Pengobatan
Obat utama yang digunakan adalah dietilkarbamazin sitrat ( DEC ). DEC bersifat membunuh mikrofilaria dan juga cacing dewasa pada pengobatan jangka panjang. Hingga saat ini, DEC merupakan satu-satunya obat yang efektif, aman, dan relatif murah. Untuk filariasis bankrofti, dosis yang dianjurkan adalah 6mg/kg berat badan/hari selama 12 hari. Sedangkan untuk filaria brugia, dosis yang dianjurkan adalah 5mg/kg berat badan/hari selama 10 hari. Efek samping dari DEC ini adalah demam, menggigil, artralgia, sakit kepala, mual hingga muntah. Pada pengobatan filariasis brugia, efek samping yang ditimbulkan lebih berat. Sehingga, untuk pengobatannya dianjurkan dalam dosis rendah, tetapi waktu pengobatan dilakukan dalam waktu yang lebih lama.
Obat lain yang juga dipakai adalah ivermektin. Ivermektin adalah antibiotik semisintetik dari golongan makrolid yang mempunyai aktivitas luas terhadap nematode dan ektoparasit. Obat ini hanya membunuh mikrofilaria. Efek samping yang ditimbulkan lebih ringan dibanding DEC.
Pengobatan kombinasi dapat juga dengan dosis tunggal DEC dan Albendazol 400mg, diberikan setiap tahun selama 5 tahun. Pengobatan kombinasi meningkatkan efek filarisida DEC. Yang dapat diobati adalah stadium mikrofilaremia, stadium akut, limfedema, kiluria, dan stadium dini elefantiasis.
Terapi suportif berupa pemijatan dan pembebatan juga dilakukan di samping pemberian antibiotika dan corticosteroid, khususnya pada kasus elefantiasis kronis. Pada kasus-kasus tertentu dapat juga dilakukan pembedahan.
(http://syariffauzi.wordpress.com/2009/02/25/filariasis/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar