Disusun Oleh :
KELOMPOK 5
1.
ANDREAS
V. MIRINO (NIM.0101040031)
2. ARIS
KOGOYA (NIM. 0101040026)
3. FERI TRI ARTANTO (NIM. 0101040021)
4. HALVIZAH H (NIM.
0101040076)
5. JOHN
L. TATIPATA (NIM.
0101040009)
6. NUR
ROKHMAN WAKHID (NIM.0101040122)
7. PETRUS YULIANTO (NIM.
0101040013)
PROGRAM
STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS
CENDERAWASIH
JAYAPURA
2012
Asal Mula dan Sejarah Suku Enggros
Asal mulanya suku Enggros dan Tobati dulunya
adalah satu bagian yang sama. Enggros dan Tobati berasal dari satu nenek moyang.
Mereka mempunyai 12 orang anak, yang terdiri
dari 11 anak laki-laki dan 1 anak perempuan. Asal mulanya teluk Enggros
yaitu berbentuk kolam. Enggros dan Tobati terpisah karena perbuatan kedua belas
anaknya yang melakukan perebutan hak sehingga menyebabkan Enggros dan Tobati terpecah
menjadi dua.
Dulunya kampung Enggros disebut Lugmoh
yang artinya Kampung diatas bukit
dan berubah menjadi Injros yang artinya Tempat
Kedua. Ada 12 nama kepala suku yang terdapat di teluk Enggros yang dipakai
sebagai nama marga. Kedua belas nama suku tersebut yaitu Sanyi, Meraudje, Anasbey, Ababu,
Iwo, Indama, Samay, Mano, Sembra, Drunyi, dan Irew. Untuk pergantian Ondoafi pada suku enggros, hanya dua
nama marga yang boleh dipilih sebagai Ondoafi, yaitu Meraudje dan Samay.
Dari 12 nama kepala suku tersebut, masing-masing mempunyai fungsi dan peran
yang berbeda-beda. Sebagaian ada yang berperan sebagai Aparat Pemerintah
Kampung Bagian Pembangunan, ada yang berperan sebagai Aparat Pemerintah Kampung
Bagian Kerohanian, dan lain-lain.
Kebudayaan suku Engross-Tobati diturunkan dari nenek
moyang sampai keturunan saat ini, seperti saat akan berkebun di daratan, tidak
boleh tengok kiri kanan. Pada saat akan menjaring ikan, penduduk dilarang
memotong kayu, dilarang membuat keributan. Komunikasi pada saat itu menggunakan
Indera Keenam (Telepati), karena saat
itu belum ada alat komunikasi yang lainnya. Riasan untuk orang Enggros tidak
boleh dirias oleh orang dari luar, kecuali sudah ada ijin langsung dari Ondoafi.
Sistem pemerintahan yang ada di kampung ini
sama halnya dengan sistem pemerintahan yang ada di Indonesia pada umumnya,
sudah ada bagian-bagian tertentu yang menanganinya. Bagian-bagian tersebut
dapat di bedakan dengan cara melihat Mata
Rumah yg terdapat diatas rumah penduduk. Wilayah kekuasaan Tobati-Engross dulunya mulai dari Buper Waena sampai dengan
perbatasan Papua New Guinea (PNG). Pemerintahan
yang pertama dibentuk di wilayah Jayapura
yaitu di teluk Enggros pada tahun 1963, setelah itu dipindahkan ke
wilayah Abepura. Jika ada keputusan yang harus diambil secara mendadak, maka
dikumpulkanlah 12 kepala suku tersebut lalu dimusyawarahkan bersama, dan
keputusan akhir akan di berikan oleh Ondoafi.
Pada saat itu, sistem perekonomian
perkampungan tidak tergantung pada uang atau tidak menilai dengan uang. Pada
saat salah satu warganya menemukan atau menangkap banyak ikan (ikan besar), ikan tersebut tidak
diambil sendiri, melainkan. hasil ikan tersebut yang didapatkan,
dikumpulkan lalu dibagi-bagikan ke
masyarakat yang lainnya melalui bagian yang sudah ditentukan. Yang diutamakan
adalah Janda dan Guru / Pendeta. Hukuman atau sanksi untuk yang melanggar peraturan
adat istiadat bayaran denda berupa Manik-manik
untuk kalangan bawah atau rakyat biasa, dan Gelang-gelang
untuk kalangan berada atau kalangan bangsawan.
Hak-hak wilayah orang Enggros-Tobati sangat
terikat. Orang Enggros-Tobati tidak bisa melewati Sentani ataupun Nafri.
Wilayah orang Tobati-Enggros dari Pasir Dua sampai Wutung.
Hak strukturalisasi sangat dijunjung tinggi, dari kakak dulu, lalu turun ke
adik. Adik tidak boleh mendapatkan yang lebih dari kakak. Begitupun sebaliknya,
kakak tidak bisa mendapatkan lebih rendah dari adik.
Pada zaman dulu, dalam sistem perkawinan di
suku Enggros, mereka tidak bisa menikah keluar atau dengan orang luar, hanya
bisa menikah dengan sesama suku enggros. Jika ada anak perempuan dari suku Enggros
yang melakukan perkawinan keluar, anak perempuan tersebut tetap mempunyai hak
mendapat warisan dari orang tuanya yang disebut “MON SOHRIC”, yang
artinya “MON” berarti “Perempuan” “SOHRIC” berarti “Noken”.
Apabila
ada orang yang sakit, yang menanganinya adalah orang tua khusus yang
dianggap sebagai Tabib. Dan apabila ada warganya yang meninggal,
maka jasadnya tersebut di antar terlebih dulu ke kampung. Lalu setelah itu
dibicarakan dengan keluarga almarhum, siapa saja yang akan diberitahukan kabar
dukanya, dan lalu akan ada satu orang yang diutus untuk pergi menyebarkan
berita duka tersebut ke orang yg dituju yg disebut “Pembawa Berita”.
1. Bahasa
Bahasa yang digunakan oleh orang Enggros
adalah bahasa Tobati. Contohnya,
dalam penyebutan angka 1 sampai 6 yaitu Tei,
Ros, Tor, Aw, Meniang, dan Mandosir.
Untuk penyebutan nama Tuhan yaitu Temar.
2. Sistem Kepercayaan (Agama)
Pada awalnya, Kepercayaan masyarakat suku
engross mereka mempercayai kepada
matahari sebagai tuhan mereka
yang disebut Temar. Lalu, pada tanggal 10 maret 1910 masuknya
Injil di tanah papua tepatnya di teluk
Enggros (Metu Tabi) yang dibawa oleh
Pendeta Van Laurens Tanamal, sehingga sebagaian besar masyarakat setempat mulai
saat sejak itu sampai dengan sekarang mereka mempercayai adanya TUHAN untuk
mereka sembah, dan tidak menyembah lagi kepada matahari sebagai tuhan.
Rata-rata masyarakat di Enggros, mereka menganut agama Kristen. Di teluk
Enggros ada terdapat 2 nama gereja yaitu Gereja
ABARA untuk Kristen Protestan (GKI) dan Gereja
Betlehem untuk Pentakosta.
3. Sistem Pengetahuan (Pendidikan)
Pada saat itu belum ada pendidikan yang
dicapai. Pada awalnya pendidikan di masyarakat setempat belum mengenal adanya
sekolah. Mereka belajar dari alam, misalnya mereka menghitung hari dengan cara
menggunakan ranting kayu atau lidi yang sudah di tentukan jumlahnya dan
dipilah-pilah satu-persatu setiap harinya.
Pada tahun 50-an mulai berdirinya sebuah Sekolah
Rakyat yang pertama di daerah setempat yang dibangun oleh pemerintahan Belanda.
Sejak tahun 60-an, Sekolah Rakyat tersebut ditutup lalu dipindahkan ke darat yaitu
di daerah Abepura (yang sekarang dikenal dengan nama SD Negeri 1 Jayapura).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar